image_pdf
Yohan Fikri Mu’tashim

Malang. Pandemi bukanlah halangan untuk menggali potensi diri dan prestasi. Terlebih dengan banyaknya kegiatan yang bisa dilakukan secara virtual. Kali ini prestasi datang dari Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Yohan Fikri Mu’tashim yang berhasil meraih Juara 1 lomba cipta puisi tingkat Asia Tenggara dalam lomba Pekan Bahasa dan Sastra 2021. Lomba tersebut dilaksanakan secara virtual pada 21 Juli – 28 September 2021 oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Yohan mengungkapkan bahwa dalam menulis karya sastra terutama puisi kita harus pandai menawarkan puisi yang menarik. “Artinya, sebisa mungkin, puisi yang kita sajikan kepada juri adalah puisi yang punya tawaran yang berbeda. Ini beragam sih bentuknya, bisa sudut pandang dalam menyikapi sebuah fenomena, atau gaya bahasa yang unik, atau bisa pemilihan tema yang menarik” ujarnya. Hal inilah yang menjadikan puisinya berhasil menyingkirkan puisi ratusan penyair di Asia Tenggara dalam lomba tersebut.

Puisi yang ia karang berjudul “Membaca Kesetiaan Lembu Sora”. Puisi tersebut berkisah tentang salah seorang tokoh dalam sejarah kerajaan Majapahit, yaitu Lembu Sora. “Saya sengaja memilih kisahnya Lembu Sora karena bagi saya, dia sosok yang turut andil besar dalam babat alas kerajaan yang sempat berjaya di zaman kiwari itu. Dia abdi yang setia mangasuh Raden Wijaya sejak kecilnya hingga ia menjadi seorang raja, bahkan ketika Singasari runtuh, sepanjang masa pelarian, Lembu Sora merelakan tubuhnya menjadi alas junjungannya ketika istirah di hutan. yang saya soroti adalah kesetiaan Lembu Sora itu” paparnya. 

Puisi “Membaca Kesetiaan Lembu Sora” cuplikannya dapat dibaca melalui akun pribadinya. Puisi tersebut juga akan diterbitkan oleh pihak penyelenggara bersama 50 puisi terbaik lainnya. Dalam menciptakan puisi Yohan bertujuan sebagai bahan kontemplasi dirinya.

Kepada mahasiswa UM ia berpesan agar tetap bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin meskipun ditengah masa pandemi. “Kita tahu, banyak orang-orang hebat lahir justru dari situasi-situasi yang melilit. Karena nyaman itu melenakan, sebaliknya, kalau sedang diberondong cobaan, pandemi ini misalnya, kepala kita dituntut untuk berpikir. Misalnya ya, kalau gak percaya, roman masyhur Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yang sekuel pertamanya “Bumi Manusia” difilmkan itu, itu kan ditulis waktu beliau sedang mendekam di penjara.” Ungkapnya.

Pewarta : Arya Wahyu Pratama -Internship Humas UM