image_pdf

Malang. Menulis artikel yang memenuhi kualitas internasional memerlukan usaha yang cukup kuat. Penguasaan Academic English memegang porsi utama dalam kemampuan pengelolaan jurnal yang mapan (Shinta 2, Shinta 1, dan terindeks scopus.com/Web of Science). Tentu saja untuk bisa menulis di jurnal internasional bereputasi atau mengelola jurnal bereputasi tinggi perlu kiat khusus dari ahli bidang jurnal ilmiah.

Tim Humas Universitas Negeri Malang mengadakan wawancara via WA dengan Bagus Shandy Narmaditya, S.Pd, M.Pd yang merupakan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (FE UM), yang dikenal memiliki jaringan luas dalam publikasi di artikel yang terindeks scopus.com. Bagus Shandy Narmaditya akan mengulas tentang kiat-kiat menjadi penulis sekaligus editor di jurnal yang bereputasi tinggi baik pada tingkat nasional maupun internasional.

Tim Humas                                        : Selamat malam Pak Bagus Shandy, kami mohon maaf karena telah mengganggu waktu istirahat Bapak. Boleh Pak kami melakukan wawancara dengan Bapak berkenaan pengelolaan jurnal?

Bagus Shandy Narmaditya              : Monggo, Mas. Saya sedang rehat ini. Boleh kok tanya-tanya.

Tim Humas                                        : Ada ungkapan yang mengatakan bahwa editor is the king, penentu sebuah naskah diterima atau tidak itu adalah editor. Apa ungkapan itu tepat untuk jurnal yang selama ini dimuat di journal2.um.ac.id?

Bagus Shandy Narmaditya              : Untuk jurnal-jurnal yang sudah mapan terutama terakreditasi Shinta 2, pengalaman saya dulu mengelola JESP sebelum dan setelah sinta 2 terasa sekali perbedaannya. Kalau sudah Shinta 2 keatas editor memiliki peluang lebih besar dalam seleksi naskah.

Tim Humas                                        : Selama ini ada isu yang berkembang dikalangan penulis jurnal ilmiah, kalau jurnal-jurnal yang Shinta 2 itu harus berbahasa Inggris, itu informasi akurat atau bagaimana Pak?

Bagus Shandy Narmaditya              : Tidak harus, tapi lebih memiliki peluang lebih besar karena Kementrian Riset dan Terknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) juga mencari jurnal yang akan didampingi ke Scopus (berbahasa Inggris).

Tim Humas                                        : Kira-kira Pak Bagus Shandy, untuk bisa menulis di jurnal ilmiah internasional bereputasi tinggi itu triknya bagaimana? Apakah kolaborasi dengan sesama peneliti lintas Universitas menjadi poin utama?

Bagus Shandy Narmaditya              : Untuk jurnal nasional kolaborasi dengan penulis luar instansi itu penting karena selain substansi, diversifikasi penulis juga dipertimbangkan, sedangkan untuk jurnal internasional kerja sama dengan penulis di luar negeri yang berpengalaman dan memiliki nama besar sangat membantu dalam proses itu.

Tim Humas                                        : Bahasa Inggris yang digunakan dalam menulis jurnal internasional bereputasi tinggi itu boleh dikatakan Academic English. Bisa Pak Bagus Shandy jelaskan, academic english seperti apakah yang bisa dimuat di jurnal internasional bereputasi tinggi tersebut? Apakah spesifik pada bidang keilmuan tertentu atau bagaimana?

Bagus Shandy Narmaditya              : Betul Mas, ada tiga komponen utama yang perlu diperhatikan yakni cohesion and coherence, lexical resources, grammatical range and accuracy seperti di IELTS writing. Selain itu perlu memperhatikan jumlah kata untuk setiap kalimat jangan terlalu panjang dan pendek tapi comprehensive (concise).

Tim Humas                                       : Selama ini adakah kiat dari Pak Bagus Shandy cara untuk berlatih menulis academic English? Kalau misalnya kami kursus IELTS Academic / TOEFL IBT begitu apakah itu membantu dalam berlatih academic English?

Bagus Shandy Narmaditya              : Pada waktu itu saya mengikuti program pelatihan bahasa oleh UM di ITB bandung bersama 20 rekan dosen UM lainnya. Selain mempersiapkan untuk test itu sendiri, menulis artikel merupakan sarana untuk belajar dan mengasah kemampuan bhs inggris terutama writing skills. Meskipun masih banyak “compang-camping” namanya belajar ya terus diasah akan memberikan hasil yang semakin baik.

Tim Humas                                        : Ada permasalahan yang cukup memberikan pilihan yang sulit kepada dewan editor dan reviewer, pada satu sisi sebuah jurnal perlu naskah cukup banyak, namun di sisi lain kualitas artikel masih perlu pembenahan, jika dibenahi terlalu banyak nanti juga bermasalah ketika proses akreditasi dikarenakan pemeriksaan berbasis OJS (Open Journal System). Ini adakah solusi atau saran bagi teman-teman editor?

Bagus Shandy Narmaditya              : Idealnya memang harus memperoleh artikel yang berkualitas melalui proses review yang intens dari reviewer dan juga editor hingga proofread untuk memenuhi kriteria jurnal. Namun pada kondisi yang belum ideal, kita dihadapkan “trade off” yang memaksa kita mengambil keputusan terbaik dari yang ada. Untuk case tersebut, saya memilih ketepatan publikasi dengan kualitas yang masih bisa ditoleransi dari pada saya harus menunggu artikel yang berkualitas namun jurnal tersebut terlambat sangat lama bahkan tidak publish.

Tim Humas                                        : Trik mencari artikel yang berkualitas itu bagaimana Pak Bagus, apakah dengan bekerjasama dengan asosiasi baik nasional maupun internasional mempermudah kita dalam mencari artikel yang berkualitas? Atau ada trik yang lain?

Bagus Shandy Narmaditya              : Strategi yang saya gunakan selama ini bermacam-macam: mulai dari email, kontak melalui linkedin, publons, atau menawarkan secara personal ke rekan-rekan di dalam atau di luar negeri. Selain itu, secara aktif saya juga melibatkan pada himpunan editor ilmiah Indonesia dan council for asian editor untuk mendapat artikel yang berkualitas. Untuk selanjutnya, kami sedang membuat “market place” untuk artikel jurnal.

Tim Humas                                        : Wah, kami tunggu itu Pak, ada kriteria khusus untuk bisa masuk dalam market place jurnal ilmiah bereputasi tersebut Pak?

Bagus Shandy Narmaditya              : Tidak ada Pak, hanya perlu registrasi. Untuk program paling dekat, jurnal-jurnal UM akan kami ajak bergabung. Semoga mendapat support penuh untuk pengembangannya dari Universitas-Universitas di Indonesia.

Tim Humas                                        : Adakah kiat untuk peneliti pemula seperti kami ini agar suatu saat bisa menembus jurnal bereputasi tinggi, baik pada tingkat nasional maupun internasional?

Bagus Shandy Narmaditya              : Yang terpenting tidak mudah putus asa dan terus berkarya suatu saat akan mencapai grade jurnal tertinggi. Salah, penolakan, merupakan hal yang wajar, tapi terpenting adalah tidak menyalahi etika dalam publikasi.

Tim Humas                                        : Terimakasih Pak atas waktunya. Semoga kami bisa wawancara lagi dengan Pak Bagus.

Bagus Shandy Narmaditya              : Sama-sama mas, kedepan akan saya kenalkan dengan rekan saya dosen UM yang memiliki program riset bidang kewirausahaan.

Tim Humas                                        : Wah, kami terbantu sekali.

Bagus Shandy Narmaditya              : Iya Mas, tidak masalah kok. Kita saling kolaborasi.

Penulis: Ferril Irham Muzaki