image_pdf

Prof. Quraish Sihab saat menyampaikan materi

Malang. Toleransi antar umat beragama adalah hal yang harus dijunjung tinggi oleh setiap masyarakat Indonesia. Terlebih di era digital seperti saat ini, tentunya dibutuhkan pemahaman yang baik demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kamis (13/08) melalui Pusat Pengembangan Kehidupan Beragama dan Kuliah Universiter (P2KBKU), Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Pendidikan (LP3) Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan Sedaring. Sedaring yang mengangkat tema “Penguatan Toleransi Beragama untuk Generasi Digital” ini dihadiri oleh 378 peserta dari seluruh Indonesia.

Sambutan oleh Rektor UM

Dihadiri oleh Rektor UM, sedaring ini semakin menarik dengan menghadirkan para pemateri tokoh nasional yang berasal dari latar agama yang berbeda, yaitu: Pakar Tafsir al-Qur’an dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Muhammad Quraish Sihab, M. A, Budayawan dan Guru Besar STF Driyarkara Jakarta Prof. Dr. Frans Magins Suseno, dan Guru Besar ITS Surabaya Prof. I. Nyoman Sutantra, M. Sc,. P. Hd. Dalam sambutannya Prof. Rofi’uddin mengungkapkan bahwa para pendiri bangsa Indonesia sadar bahwa negara ini adalah negara multikultural. “itulah mengapa dalam lambang garuda pancasila, kalimat yang digenggam erat bertuliskan Bhineka Tunggal Ika, inilah yang merekatkan kita sebagai sebuah bangsa” ungkapnya.

Para Peserta Sedaring

Berbicara tentang Toleransi, Prof. Quraish Sihab  menyampaikan bahwa ada dua hal yang digaris bawahi dalam menerapkan konsep persaudaraan kemanusiaan, yaitu: pendidikan dan keadilan. “tanpa adanya pendidikan dan keadilan, tidak akan terjadi toleransi dan persaudaraan antar umat manusia” ujarnya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam islam ada tiga sikap dalam beragama, yaitu: 1) sikap kedalam yakni meyakini dan mempelajari ajaran islam dengan benar , 2) sikap keluar berupa sifat penghormatan, 3) sikap mencari titik temu. “yang perlu saya tegaskan adalah bahwa penghormatan bukanlah sebuah persetujuan tentang pendapat” tandasnya.

Prof. Magnis Suseno saat menyampaikan materi

Sementara itu, Prof. Dr. Frans Magins Suseno  mengingatkan generasi digital yang dalam kehidupannya tidak pernah lepas dengan Gawai, laptop dsb bahwa realitas lebih dari sekedar digital. “mereka harus sadar bahwa disana terdapat realitas yang tidak bisa dibangun oleh dunia virtual, dan itu adalah realitas yang nyata, Toleransi misalnya, generasi ini jangan sampai menganggap hal ini sebagai sesuatu yang remeh, justru merupakan tantangan yang serius seperti yang disampaikan Pak Quraish tadi” jelasnya.

Pewarta:          Arya Wahyu Pratama              — Internship Humas UM