image_pdf
Aprillia Maya Puspita, Imroatul Karimah dari Sastra Inggris, dan Tenty Luay Sari

 Jakarta. Belajar sambil bermain sekarang sedang digandrungi oleh anak-anak dikarenakan kegiatannya menyenangkan. Banyak sekali inovasi pembelajaran yang digalakkan oleh pemerintah dan juga perguruan tinggi untuk semakin menggalakkan kecintaan anak dalam proses belajar dan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satunya Inovasi dari mahasiswa Universitas Negeri Malang ini yang mampu menciptakan aplikasi “Ayadub”.

Aplikasi “Ayadub” ini telah menyabet juara ke III Purwarupa Aplikasi dalam Kongres Budaya Kaum Muda yang di presentasikan di Istora Senayan, Jakarta (10/10). Aplikasi ini mengangkat Candi Singasari yang merupakan candi Hindu-Buddha peninggalan bersejarah dari Kerajaan Singasari berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia, sekitar 10 km dari Kota Malang.

Aplikasi yang berbasis Augmented Reality (AR) ini digunakan untuk memperkenalkan Candi Singhasari dalam kemasan “Game Chalenge“. Pengguna aplikasi ini akan disuguhi cerita sejarah candi Singhasari dengan video animasi 3D dan dapat melihat arca-arca Candi Singhasari yang telah hilang dengan teknologi AR. Tidak hanya candi singhasari, aplikasi ini akan dikembangjan juga untuk project ke depan mengangkat candi lainnya yang ada di Indonesia

Aprillia Maya Puspita, Imroatul Karimah dari Sastra Inggris, Tenty Luay Sari,
dan Muhammad Yazid Al fikri dari Teknik Elektro.

Beranggotakan 4 orang lintas jurusan dari Universitas Negeri Malang (UM) untuk merumuskan aplikasi AR ini yaitu Aprillia Maya Puspita, Imroatul Karimah dari Sastra Inggris, Tenty Luay Sari, dan Muhammad Yazid Al fikri dari Teknik Elektro. Kelompok ini membuat aplikasi Ayadub karena adanya kesenjangan rentang jumlah pengunjung wisata alam dan wahana dengan wisata budaya di Malang.

Imroatul Karimah menjelaskan mengenai keinginan terbesarnya untuk mengembangkan Ayadub lebih lanjut.

“Sangat senang dapat mempresentasikan karya kami dalam kegiatan bertema budaya Indonesia yang dimulai dari KBKM hingga PKN 2019 ini. Kegiatan seperti ini baik karena dapat menampung ide tentang kebudayaan bahkan mendanai untuk diimplementasikan di masyarakat. Selain itu juga menyadarkan kita terhadap pentingnya pelestarian budaya dengan dukungannya agar aplikasi kami mampu memajukan budaya Indonesia yang dimulai dari proyek pemajuan Candi Singhasari,” ujarnya.

Aplikasi yang mereka buat dilengkapi dengan penjelasan mengenai pengetahuan dan sejarah terhadap situs budaya melalui suara. Pilihan 3 bahasa (Indonesia, Inggris, dan Jawa) mempermudah untuk memahami setiap arca yang ada di Candi Singosari. Alunan musik tradisional yang dapat membangun suasana belajar yang dekat dengan kebudayaan dan membuat familiar pengunjung dengan instrument tradisional Jawa.

Pewarta: Nuri Riskian – Internship Humas UM