image_pdf

Malang- “Jika kesetian tertinggi diberikan kepada negara ialah nasionalisme sesungguhnya”, tutur kata salah satu anggota Diklat Prajabatan Dosen Tetap Non-PNS Universitas Negeri Malang (UM). Materi yang diusung pada kegiatan hari ini (29/03) ialah Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme. Pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan di Gedung H8 Lt. 2 ini menghadirkan tiga pemateri dari dosen senior UM yaitu, Dr. Didik Sukriono, S.H., M.Hum. pemateri untuk kelas A, Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. pemateri untuk kelas B, dan Dr. Sri Untari, M.Si. pemateri untuk kelas C. Materi ini bertujuan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Pancasila dalam menumbuhkan nasionalisme Dosen UM sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan sebagai perekat dan pemersatu bangsa.   

Pada diklat tersebut penyampaian materi yang disampaikan oleh salah satu pemateri ialah Dr. Didik Sukriono, S. H., M.Hum. menggunakan metode berdiskusi antar kelompok. Kelompok yang berjumlah 5 kelompok ini beranggotakan 6 orang disetiap kelompoknya yang menyampaikan hasil diskusinya kepada para anggota lainnya. Pemaparan yang disampaikan oleh kelompok satu ini merupakan jawaban dari pemasalahan yang disajikan, yaitu mengenai isu-isu radikalisme yang beredar di lingkungan kampus yang menjadikan mahasiswa sebagai sasaran alih-alih untuk mendirikan khilafah Islamiyah.

Disampaikan oleh perwakilan dari kelompok satu bahwa penyebab adanya gerakan radikalisme di kampus ialah dari faktor ekonomi, pemahaman, wawasan kebangsaan, pergaulan, dan terlalu rasional. Sofa mengatakan “Sasaran empuk para radikal ialah mahasiswa yang pada dasarnya adalah orang kampung yang kuliah di kota besar dan ia tidak terlalu paham mengenai pemahaman-pemahaman ekstrimis yang beredar. Beralasan membantu dari segi finansial mahasiswa yang berekonomi, contohnya dengan membayarkan biaya kos hingga biaya hidup mereka”, ujarnya.

Adapun solusi yang dapat diberikan mengenai permasalahan diatas berdasarkan penyebab-penyebabnya ialah, menolak pemahaman tersebut, mempersempit pergerakan, menaklukan jaringan yang beredar, dan memppertahankan tali kebangsaan dan nasionalisme. Pada dasarnya yang terjerumus pada pemahaman radikal adalah para mahasiswa yang memiliki problem keagamaan pemahaman yang lemah dan pemahaman kenegaraan yang lemah. Oleh karena itu, penanaman wawasan kebangsaan dan nasionalisme bukan hanya tugas dari guru atau dosen PKN saja, melainkan tugas bersama, khususnya para pendidik.

Pewarta: Salsabila Indana Zulfa-Internship Humas UM