image_pdf

Malang. Dalam mengembangkan kualitas pendidik dengan meningkatkan daya saing teknologi saat ini, pihak Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan kuliah tamu pada Jumat (01/02) di Aula H3 lantai 2. Kuliah tamu ini dilaksanakan 2 sesi antara lain sesi pertama yang dimulai pada pukul 07.30-11.30 WIB yang membahas topic terkait trend Pembelajaran dan Penelitian Terkini sedangkan sesi kedua menjelaskan topic tentang Teaching and Research in Digital Era yang berakhir pada sore hari.

Dalam kegiatan ini peserta sangat antusias dalam mengikuti acara tersebut terbukti dengan dihadiri oleh ratusan mahasiswa pascasarjana dari berbagai jenjang dan jurusan. Pihak pascasarjana UM menghadirkan pembicara utama Prof. Dr. AAIN Marhaeni, M. A ( Universitas Pendidikan Ganesha), Prof. Muhammad Basri, M. A., Ph. D (Universitas Negeri Makassar), Theresia Enny Anggraini, M. A., Ph. D (Universitas Sanata Dharma), Rien Safrina, M. A., Ph. D (Universitas Negeri Jakarta), Dr. Budi Setyono, M. A (Universitas Jember), Dr. Hartono, M. A (Universitas Sriwijaya) dan Dr. Siti Sundari, M. A (Universitas Jember).

“Digital learning yang baik dan dikembangkan pembelajaran pada siswa saat ini harus berfokus pada problem solving yang dapat dihubungkan dalam berbagai subjek area. Saat ini, tenaga pendidik dituntut untuk dapat mengembangkan teknologi dalam media pengajaran supaya pekerjaan tersebut relevan dan tidak punah. Berbagai negara di penjuru dunia seperti jepang dan cina menciptakan teknologi yang dapat mentransfusikan sel limbig bagian otak dan dimasukkan ke robot untuk mengganti profesi seorang guru” Ungkap Rien Safrina, M. A., Ph. D saat menerangkan perkembangan dunia teknologi dan dampaknya terhadap dunia profesi.

Fakta di lapangan saat ini, beberapa tenaga pendidik senior belum mampu menciptakan skema pembelajaran yang berbasis digital. Dengan menyiapkan generasi muda yang memiliki skala terbaik di berbagai bidang serta pandangannya, maka seorang guru harus mampu membuat ilmu dan konsep pengajaran yang tidak terbatas dan kemampuan kualitas belajar tingkat tinggi. Beberapa pengamat sangat tidak setuju dengan menggantikan posisi guru pada robot karena memiliki beberapa keterbatasan seperti tidak memiliki rasa empati, tidak dapat menciptakan potensi artistic dan kreativitas serta merasakan tingkah laku terhadap yang dimiliki oleh manusia secara realistis.

“Dalam hal ini, solusi yang dapat dikembangkan adalah harus menguasai kemampuan mengerjakan permasalahan yang bersifat HOTS (High Order Thingking Skills) dalam menghadapi bonus demografi di era yang akan dating,” Tutur Theresia Enny Anggraini, M. A., Ph. D.

Penulis : Said Maulana Ibrahim – Internship Humas UM