image_pdf
Foto bersama para pemateri

Malang.  Pada tahun 2045 dijadikan sebagai tahun penuh harapan bagi Negara Indonesia.  Pasalnya pada tahun tersebut Indonesia mengalami jendela demografi untuk pertama kalinya.  Yang mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) melebihi jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun). Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Indonesia memanfaatkan harapan Indonesia emas 2045 tersebut sebagai tema utama dalam seminar nasional pada hari Rabu (30/10) di Aula Gedung A3 Lantai 2.

Seminar Nasional merupakan penutupan serangkaian acara Bulan Bahasa dan Sastra Fakultas Sastra (FS) Universitas Negeri Malang (UM). Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa sastra Indonesia, beberapa mahasiswa asing yang belajar Bahasa Indonesia serta beberapa mahasiswa dari luar Universitas Negeri Malang (UM).

Dr. Didin Widyartono, S.S., S.Pd., M.Pd. mempresentasikan materi seminar  “Peran Bahasa Indonesia Melalui Pendidikan 6.0 untuk Generasi Emas 2045” menjadi pemakalah utama pertama dalam Seminar Nasional yang resmi dibuka oleh Dr. Roekhan M.Pd selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia. Beliau mengingatkan bahwa Dosen harus dapat mempersiapkan diri untuk mendidik generasi emas 2045, dengan cara memberikan kapabilitas pada peserta didiknya. Maka ranah yang disentuh oleh dosen yakni ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah afektif.

Sementara Dr. Karkono S.S., M.A  selaku pemakalah utama kedua mempresentasikan materi seminar “ Peran Alih Wahana Sastra Songsong Indonesia Emas 2045” dengan menegaskan bahwa “ Film bisa dijadikan alat yang tepat untuk meluaskan penyebaran sastra”. Sastra secara siginifikan berfungsi untuk mendidik dan menghibur. Maka menurut Dr. Karkono S.S., M.A sangat mungkin dapat mempengaruhi pola pikir atau perilaku masyarakat yang membacanya. Maka sastra dapat dijadikan sebagai alat pedoman untuk pendidikan moral bagi masyarakat Indonesia. Kemudian hal ini akan berdampak positif dan sastra dapat berperan penting dalam mewujudkan Indonesia emas 2045.

            Pemakalah utama ketiga yakni Dr. Joni Endardi, M.Hum Kabid Pengembangan Strategi Kebahasaan dari Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud. Beliau pada saat seminar bukan mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Kajian Kekerabatan Bahasa di Indonesia” melainkan mengingatkan bahwa Indonesia merupakan laboraturium bahasa di dunia, terutama bahasa di Papua yang mencapai hingga 300-an bahasa yang harus dikaji.  Diakhir seminar beliau menegaskan tiga pesan utama yang tidak boleh dilupakan oleh mahasiswa“Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing”.

Pewarta : Ita Sukartina- Mahasiswa Sastra Indonesia