image_pdf
Rektor dan jajaran Pimpinan UM berfoto bersama

Malang. Sabtu (24/10) Universitas Negeri Malang (UM) memperingati hari santri yang ke-5 tahun 2020 dengan kegiatan sederhana namun bermakna. Kegiatan tersebut berupa Kuliah umum keislaman yang mengangkat tema Peran Generiasi Muda Muslim dalam Memajukan Peradaban Bangsa. Kegiatan yang dilaksanakan di Lantai 9 Graha Rektorat UM itu dihadiri oleh Rektor UM Prof. H. AH. Rofi’uddin, M. Pd, Ketua Senat UM Prof. Dr. H. Sukowiyono, S. H, M. Hum, para wakil rektor, para ketua dekan di masing-masing fakultas, dan para tamu undangan.

Dalam sambutannya ketua pelaksana Munjin Nasih, S. Ag, M. Ag mengungkapkan bahwa kegiatan ini secara daring dan luring. “jadi kita juga mewajibkan sekitar 3.000 mahasiswa yang mengambil mata kuliah pendidikan agama islam untuk mengikuti acara ini baik melalui zoom ataupun Live streaming Youtube” ujarnya. Konsep ini berbeda dengan tahun sebelumnya tentumya. Hal itu dikarenakan –lanjut Munjin—untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Hal senada juga disampaikan Rektor UM Prof. Rofi’uddin tentang jihad di masa sekarang. “kalau zaman dahulu tampak jelas mana yang penjajah dan mana yang pribumi, tapi kalau sekarang kita di masa pandemi Covid-19 berarti jihad kita adalah bagaimana cara mencegah penyebarannya” ujarnya. Lebih lanjut, ia memberikan definisi santri mengutip perkataan KH. Mustofa Bisri atau yang lebih akrab disapa Gus Mus. Bahwa santri adalah orang yang selalu meningkatkan pengetahuan dan mengamalkan ajaran islam. “jadi jika menggunakan definisi ini maka kurang lebih 90% Mahasiswa UM bisa dikatakan santri” tandasnya.

KH. Muhammad Nafi’ Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yang hadir sebagai pemateri menjelaskan lebih gamblang tentang definisi santri dan perannya dalam memajukan peradaban bangsa. “santri itu tidak hanya predikat apalagi jabatan tapi ia adalah sifat dan karakter” jelasnya. Sementara itu pesantren menurutnya adalah Seperangkat nilai yang menjadi komitmen dan telah diwariskan melalui rangkaian budaya yang sangat panjang. Lebih lanjut ia memberikan semangat dari dunia pesantren yang harus selalu digelorakan sehingga mampu berkontribusi dalam peradaban bangsa. Semangat tersebut adalah: 1) ikhlas dalam bekerja, 2) sederhana, 3) Ukhwah Islamiyah (Persaudaraan sesama muslim), dan 4) santun.

Pewarta           : Arya Wahyu Pratama            –Internship Humas UM Batch 3.0