image_pdf
Siti Nuradilla (S1 Matematika) ikut berkontribusi menciptakan
peluang di era revolusi industri 4.0

Malang. Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) berhasil memperoleh juara 3 pada ajang IEC (Islamic Essay Competitions) 2020. IEC 2020 merupakan kompetisi yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Jum’at (22/7). Pada kompetisi tersebut, tim UM membawakan karya berjudul “Pengembangan Platform Virtual Halal Tourism (Valhallam) Berbasis Blockchain sebagai Solusi Pariwisata Di Tengah Pandemi”.

Kompetisi yang bertema “Peran Muslim Milenial dalam Pengembangan Indsutri Halal Nasional” berangkat dari urgensi Industri halal untuk mencapai visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka dunia adalah penguatan rantai nilai halal (halal value chain). Di dalamnya terdapat sejumlah industri yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat Muslim yang terbagi menjadi klaster makanan dan minuman halal, pariwisata halal, fashion Muslim, media dan rekreasi halal, farmasi dan kosmetik halal, serta energi terbarukan.

Afis Baghiz Syafruddin (S1 Pendidikan Kimia)

Dalam hal ini, mahasiswa UM yakni Afis Baghiz Syafruddin (S1 Pendidikan Kimia), Ananta Ardyansyah (S1 Pendidikan Kimia), dan Siti Nuradilla (S1 Matematika) ikut berkontribusi menciptakan peluang di era revolusi industri 4.0 dalam membangun ekosistem digital dalam menghadapi kondisi tersebut. Ketua Tim Valhallam, Afis Baghiz Syafruddin menjelaskan bahwa karya yang dibawa pada kompetisi tersebut berangkat dari adanya physical distancing mengakibatkan perubahan tatanan pada masyarakat, salah satunya yaitu terhambatnya berbagai industri tanah air. “Berdasarkan Sekjen Kemenperin, 60% industri di Indonesia mengalami kelumpuhan akibat Covid-19. Dalam hal ini, pariwisata menjadi industri yang paling terdampak di tengah pandemi”, ungkapnya.

Ananta Ardyansyah (S1 Pendidikan Kimia) setelah suskses menjadi jawara III IEC 2020

Di lain sisi, konsumen industri pariwisata mengalami kejenuhan akibat kegiatan work from home (WFH). Berbagai kegiatan harus dilakukan secara daring sebagai bentuk perwujudan physical distancing. Oleh karena itu, diperlukan sebuah wadah yang dapat mempertemukan konsumen industri pariwisata dan penyedia pariwisata tanpa menghilangkan protokol Covid-19.

“Virtual Halal Tourism dapat menjadi solusi bagi permasalahan ini dengan menyediakan layanan pariwisata yang terpadu bagi masyarakat. Layanan ini tidak hanya sekedar menyediakan layanan rekreasi, namun juga mengusung konsep halal tourism  dan konten yang sesuai dengan ajaran agama islam”, tambahnya.

Pewarta : Siti Nuradilla – Internship Humas UM