image_pdf
Prof. Dr. Aman Santoso, M.Si.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang (UM) kembali menambah jumlah guru besarnya. Hari ini, Kamis (20/01) di Graha Cakrawala, Prof. Dr. Aman Santoso, M.Si., dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Energi Baru Terbarukan, dengan mengusung judul “MANFAATKAN BAHAN LIMBAH UNTUK BIOFUEL SEBAGAI ENERGI BARU TERBARUKAN” pada pidato pengukuhannya.

Prof. Aman menyampaikan bahwa energi menjadi sebuah kebutuhan dasar manusia. Untuk saat ini, permintaan kebutuhan energi semakin meningkat selaras dengan tingkat kemakmuran masyarakat. Disamping itu, energi masih banyak mengandalkan eksplorasi fosil sebagai bahan baku. Jika eksplorasi energi fosil ini menjadi satu-satunya cara, maka kelangkaan energi dapat diprediksi akan terjadi pada tahun 2050.

“Pengembangan energi baru terbarukan perlu kita laksanakan, tetapi disamping itu kita memiliki tantangan untuk mewujudkannya. Misalnya feasibility keekonomian, bersaing dengan bahan pangan dan isu merusak lingkungan. Oleh karena itu salah satu solusinya  perlu dikembangkan atau dieksplorasi kembali bahan baku lain, misalnya dari limbah  yang ekonomis agar bisa mereduksi kerusakan lingkungan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dalam mengembangkan energi baru terbarukan, Guru Besar FMIPA tersebut menyatakan bahwa Indonesia menjadi penghasil minyak sawit terbesar dunia dan memiliki budaya menggunakan minyak goreng untuk memasak. Limbah minyak goreng ini berpotensi menjadi bahan biodiesel or biogasoline yang ekonomis dalam mereduksi akibat yang ditimbulkan. “Pengembangan minyak goreng menjadi bahan bakar biodiesel ini dapat dilakukan melalui proses transesterifikasi, dengan merubah minyak sebagai trigliserida sebagai ester dari gliserol menjadi metil ester asam lemak. Selain itu, pada CPO off grade (minyak sawit kualitas rendah), pengolahan dapat dilakukan melalui rafinasi menggunakan zeolite,” jelas Prof. Aman.

Selain melalui 2 proses di atas, beliau menambahkan bahwa pengolahan minyak menjadi biodiesel dapat dilakukan dengan thermal fisik (cracking). Proses pengolahan ini menggunakan katalis sebagai bantuan, lalu terjadi pemutusan ikatan kimia kovalen, sehingga dari molekul yang rantainya panjang menjadi lebih pendek dan sederhana. Hasil dari proses cracking ini berupa cairan kuning jernih.

Terakhir, Prof. Aman menyampaikan bahwa pemanfaatan limbah menjadi bahan bakar ini sangat penting untuk dilakukan dengan teknologi sederhana. “Masyarakat dapat berperan lebih luas, karena akan memberi keuntungan memenuhi kebutuhan energi nasional. Selain itu alternatif ini lebih ramah lingkungan karena ikut mengatasi limbah yang dari hari ke hari terus bertambah jumlahnya,” tandasnya.

Pewarta: Muhammad Daffa Pradana – Internship Humas UM

Editor: Luthfi Maulida Rochmah