Terobosan Inovatif Dosen Bioteknologi UM: Formulasi Teh Kombucha dari Bunga Rosela
Share:
Share:
[INOVASI]
Dalam wawancara eksklusif dengan Ratna Juwita, S.Si, M.Si, M.Sc, Ph.D, seorang dosen di bidang Bioteknologi dari Universitas Negeri Malang, terungkap bahwa kombucha rosela memiliki potensi besar sebagai inovasi terbaru dalam minuman fermentasi. Menurutnya, kombucha rosela menggunakan bahan dasar teh rosela yang belum pernah dijumpai di swalayan atau pasar, menjadikannya sangat menjanjikan jika diproduksi lebih lanjut.
“Kombucha rosela sangat potensial karena menggunakan bahan dasar utama teh rosela, yang juga sudah dikenal sebagai teh rosela. Dengan melakukan fermentasi pada teh rosela, kita dapat menciptakan produk dengan manfaat dan nilai jual yang lebih tinggi,” ujar dosen lulusan National Central University ini.
Manfaat kombucha rosela yang disorot oleh Ratna melibatkan potensi kesehatan, terutama bagi wanita yang mengalami masalah nyeri menstruasi. Kombucha rosela mengandung flavonoid yang dapat membantu meredakan rasa nyeri menstruasi. Selain itu, kombucha rosela juga berperan sebagai anti-oksidan untuk menstabilkan metabolisme tubuh, menjaga daya tahan tubuh, penawar racun, dan memiliki sifat anti-bakteri berkat kandungan asam asetat.
Ratna juga membagikan proses pembuatan kombucha rosela, di mana proporsi bunga rosela yang tepat, kebersihan wadah fermentasi, penggunaan peralatan non-logam, dan langkah-langkah yang higienis menjadi kunci keberhasilan. Kendala dalam menentukan formulasi yang tepat untuk kombucha rosela diatasi dengan variasi formulasi dan partisipasi publik melalui kuisioner.
Selain itu, terdapat perubahan nilai nutrisi dalam kombucha rosela dibandingkan dengan bunga rosela murni. Pada bunga rosella murni terkandung Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1 dan B2, Polifenol, sedangkan setelah mengalami proses fermentasi, teh kombucha rosela mengandung polifenol, probiotik, vitamin A, C, D, B1, B2, kalsium, magnesium, omega-3, dan potassium. Dari segi rasa, kombucha rosela menawarkan keasaman yang lebih tinggi, aroma lebih tajam dan harum, serta warna yang sedikit berubah menjadi merah tua setelah difermentasi.
Menurut Ratna, kombucha rosela memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama karena belum ada produk sejenis di pasar konvensional. “Saat ini, yang ada hanyalah kombucha dari bahan dasar teh biasa. Kombucha rosela dapat menjadi inovasi baru dengan harga jual yang bisa mencapai 4-5 kali lipat dari teh biasa,” tambahnya.
Ratna juga memberikan tips bagi para pembuat teh kombucha, mengingatkan untuk menjaga kebersihan dan sterilisasi dalam setiap tahap pembuatan. Penggunaan wadah fermentasi dari kaca dan menghindari plastik adalah langkah krusial, karena fermentasi dapat menghasilkan gas yang dapat mempengaruhi kualitas produk jika menggunakan wadah plastik. Dengan temuan ini, Ratna Juwita berharap kombucha rosela dapat menjadi pilihan minuman yang lebih bermanfaat dan inovatif bagi masyarakat, serta membuka peluang baru dalam industri minuman fermentasi.
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – UM Public Relations