image_pdf
Para peserta Desa Kalirejo menunjukkan hasil olahan jamu yang telah dibuat dengan teknik infused

Salah satu tantangan terbesar dalam industri jamu adalah bagaimana membuat produk ini menarik bagi kalangan milenial yang masih belum terbiasa dengan jamu sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Banyak kalangan generasi muda yang memiliki persepsi bahwa jamu itu hanya untuk generasi tua dan rasanya tidak enak. Menanggapi hal tersebut, Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) Zahra Firdaus, S.Pd mengenalkan inovasi brand jamu yang diolah dengan teknik infused. Inovasi yang menggabungkan tradisi lama dengan kecanggihan teknologi dan pemasaran modern ini pertama kali dikenalkan pada Kamis (18/07/2024) bagi para produsen jamu di Desa Kalirejo.

Dengan fokus pada generasi muda, pelatihan ini bertujuan untuk mengubah persepsi bahwa jamu hanya untuk generasi tua, menjadi sesuatu yang stylish dan modern.

“Setelah melakukan proses identifikasi, kami menemukan bahwa kunci untuk menarik minat generasi muda agar mau mengkonsumsi jamu adalah melalui inovasi produk dan strategi branding yang efektif. Maka dalam pelatihan ini, para peserta kami kenalkan kepada teknik infused, yaitu teknik pengolahan yang melibatkan perendaman bahan herbal dalam suhu yang dikontrol untuk mengeluarkan esensi tanpa merusak zat aktif. Teknik ini tidak hanya menjaga kualitas herbal, tetapi juga menghasilkan rasa yang lebih menarik, yang bisa lebih mudah diterima oleh lidah yang lebih muda,” terang Zahra.

“Di samping itu, aspek kemasan juga menjadi fokus utama kajian. Kemasan yang menarik dan ramah lingkungan sangat penting untuk menarik perhatian serta memenuhi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh generasi milenial. Pelatihan ini juga memberikan pengetahuan terkait strategi pemasaran digital. Di era digital saat ini, kehadiran online adalah kunci untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Peserta pelatihan kami berikan pengetahuan dan cara penggunaan media sosial, pemasaran konten, dan e-commerce, serta bagaimana menceritakan kisah mereka secara online, cara mendapatkan follower dengan konten yang menarik, dan teknik untuk mengkonversi minat menjadi penjualan,” lanjutnya.

Dengan memperkuat kapasitas lokal, program ini tidak hanya meningkatkan potensi ekonomi para peserta tapi juga membantu melestarikan warisan budaya Indonesia. Dengan demikian, tidak hanya aspek bisnis yang diperhatikan tetapi juga pelestarian budaya dan tradisi yang sudah turun-temurun. Inovasi ini selaras dengan Sustainable Development Goals nomor 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera, nomor 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, dan nomor 9 tentang industri, inovasi, dan infrastruktur.

Di akhir sesi, para peserta pelatihan mengekspresikan optimisme mereka tentang masa depan jamu. Banyak di antara mereka yang sebelumnya hanya menjual produk di pasar lokal, kini mulai berencana untuk memperluas jangkauan pasar mereka ke kota-kota besar dan bahkan ke pasar internasional. Mereka percaya bahwa dengan pemasaran yang tepat dan produk yang inovatif, jamu dapat bersaing di pasar global.

Melalui inisiatif seperti ini, Zahra Firdaus dan timnya berharap dapat menginspirasi lebih banyak produsen tradisional untuk melihat potensi dalam inovasi dan adaptasi. Mereka juga berharap bahwa jamu, dengan sejarah dan manfaatnya yang panjang, akan semakin diakui sebagai bagian penting dari gaya hidup modern, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah – Mahasiswa UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – UM