image_pdf

MEMBANGUN KEMANDIRIAN PERILAKU EKONOMI MELALUI INTERVENSI KOMPREHENSIF: ANALISIS MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR BAGI REMAJA INDONESIA

Prof.Dr.IM Hambali,M.Pd

Fenomena mengenai karir di Indonesia sangat kompleks. Problematika ketenagakerjaan yang merupakan manifestasi dinamika karir di Indonesia sangat luas. Berbagai sector karir yang diwujudkan dalam proses rekrutmen sd capaian puncak karir seseorang tidak lepas dari dimana, kapan dan bagaimana individu berkerja. Hal tersebut sekaligus menjadi focus penting dalam setiap pembahasan mengenai karir dan ketenakerjaan. Di Kawasan global, di Kawasan Asia serta di Indonesia sendiri perkembangan karir dan ketenagakerjaan memiliki dinamikanya sendiri, meskiun terdapat irisan yang saling berpengaruh satu sama lain. Sehingga pembahasan perihal karir di Indonesia tidak lepas dari muatan dinamika karir di Kawasan global dan Asia.

Fenomena nyata yang kurang menguntungkan ialah terjadinya lonjakan penganguran di akhir 2019, yang mencapai 50.000, dan menjadikan total pengangguran meningkat mencapai 7 juta orang. Perluasan dan pertumbuhan industry manufaktur yang dianggap sebagai pengurai problematika ketenagakerjaan dianggap tidak seimbang dibanding dengan pertumbuhan Angkatan kerja baru. Oleh karena itu para pencari kerja harus menerima kenyataan pahit dengan semakin berdesakannya proses rekrutmen tenaga kerja di semua tingkatan. Kondisi ini akan memperberat beban pemerintah dalam menanggulangi masalah ketenagakerjaan. Preferensi dan penyebaran tenaga kerja yang selama ini cenderung lebih condong bekerja di sector formal, dunia usaha dan industry harus membelah diri menunju era yang lebih dinamis yakni kesanggupan untuk bekerja di sector mandiri atau wiraswasta. Kesanggupan itu masuk ranah individu dan kepribadian (soft skill), yang pertumbuhan dan penyiapannya tidak bisa dilakukan secara singkat seperti halnya mendidik keterampilan keras (hard kill). Perkembangan keterampilan lunak yang diharapkan dapat berkembang baik sebaik keterampilan keras menjadi ranah pekerjaan yang musti mendapat perhatian dari aspek Pendidikan (formal dan non formal). Oleh karena itu, sekolah-sekeloh sebagai bentuk Pendidikan formal dan Lembaga-lembaga kurusus sebagai bentuk Pendidikan non formal harus mulai berneah diri dengan mendongkrak upaya peningkatan keterampilan lunak sekuat upaya peningkatan keerampilan keras bagi semua anak didik.

Bimbingan dan konseling di sekolah yang memiliki 11 standart kompetensi kemandiria peserta didik dengan empat bidang layanan adalah salah satu ujung tombak sector Pendidikan formal yang secara khusus mengurus persoalan keterampilan lunak (soft skill). Khusus terkait standart kompetensi kemandirian peserta didik nomor 8 (perilaku kemandirian di bidang ekonomi) dan 9 (penguasaan wawasan dan kesiapan karir) maka bimbingan dan konseling karir merupakan perwujudan dari kesengajaan tindakan mendidik dengan tujuan agar peserta didik mampu dan memiliki cukup keterampilan keras (hard skill) dan keterampilan lunak (soft skill) secara seimbang. Kelemahan di bidang soft skill, sebera kuat bidang hard skill, menyebabkan peserta didik cenderung akan bekerja sebagai karyawan, yang bagaimanapun kesempatannya sangat terbatas.

Beberapa karakter yang harus dikembangkan dalam diri setiap remaja ialah interpersonal skill, Keterampilan multicultural (Multicultural skill), Keterampilan manajemen emosi, Keterampilan berkomitment, Keterampilan peduli social, Karakter keuletan dn karakter kejujuran.

Interpersonal skill, merupakan sebagian faktor yang menunjang keberhasilan individu dalam mengembangakan karir. Kemampuan interpersonal mencakup kompetensi manajemen pribadi dengan efektif dalam berkomunikasi sesama orang lain dalam rangka melaksanakan tugas-tugas dan atau kegiatan bersama. Kompetensi itu ,encakup sikap dan perilaku interpersonal yang seringa disebut sebagai kompetensi kerja sama tim. Interpersonal skill sebagai kecakapan individu dalam membina komunikasi antar pribadi. Interpersonal skill sebagai tindakan-tindakan yang baik dan efektif dalam berkomunikasi sesame orang lain missal mengawali komunikasi, support emosional, keterbukaan, mengatasi konflik. Interpersonal skill dalam Batasan kecakapan seseorang dalam melaksanakan hubungan sosial yang efektif. Interpersonal skill dalam arti kecakapan untuk mengembangkan dan memelihara komunikasi yang efektif.

Kesadaran multikultural masuk dalam standar kompetensi kemandirian peserta didik, yakni peserta didik dihaapkan mampu menghormati dan memahami budaya orang lain dan sekaligs menjadi suatu garis besar upaya membina hubungan harmonis dengan sesama. Kanyataan di lapangan tidak jarang perbedaan menjadi sumber pertentangan diantara kelompok masyarakat, termasuk eserta didik. Dan lebih las lagi antar suku, etnis, dan agama, dan hal itu semua jika segera dilakukan penyelarasan yang konstruktif, menyebabkan harmonisasi sosialakan tergangggu.

Dapat dikatakan bahwa keterampilan interpersonal menjadi kerangka solusi dan dasar pijakan dalam berkomunikasi secara lebih luas. Keterampilan multicultural sekaligus menjadi menjadi penyangga keharmonisan yag dapat memelihara martabat ummat manusia. Di Indonesia, dimana hidup bangsa dan masyarakat yang pluralis, bangsa yang memiliki komposisi keberagaman budaya yang sangat banyak, menjadi bangsa yang sangat rawan perpecahan.

Namun bangsa Indonesia telah terlatih sejak zaman dahulu kala, yakni bangsa yang gemar hidup rukun. Kehidupan yang demikian itu harus dididikkan sejak anak usia sekolah.

Manajemen emosi adalah seperangkan tindakan yang sangat penting bagi setiap orang untuk dapat hidup secara baik, dan tidak mengalami hambatan jika melakukan komunikasi dengan siapapun. Pengendalian emosi sebagai bagian dari manajemen emosi sangat penting mendapat perhatian agar seseorang tidak terjebak ke suatu tindkan emosional negative yang tidak hanya mergikan orang lain, namun diri sendiri sering mendapat dampak negative akibat pengendalian emosi kurang kurang baik.

Komitmen termasuk bagian penting dalam suatu hubungan, termasuk hubungan kerja dan hubungan kolaborasi bisnis. Ada tiga komponen komitmen, yaitu : a. Kecenderungan untuk tetap ada atau bertahan dalam suatu hubungan Komponen komitmen yang paling primitif adalah kecenderungan untuk tetap bertahan atau keputusan untuk tetap bergantung mitra. b. kepentingan lebih besar atau orientasi jangka panjang. Orientasi jangka panjang, menimbulkan mitra mengembangkan pola kerjasama timbal balik. Memamhami mitra, kepentingan- kepentingan dan keinginan merupakan bagian dimensi yang sma penting dengan keinginan kita untuk dipahami kepentingan kita. c. Kepentingan pribadi atau ikatan psikologis. Komponen ini bersifat personal, dan keberadaan dimensi maupun komponen ini akan menjadi nyaman dan

tidak nyaman. Oleh karena itu, maka kepentingan yang diwujudkan oleh diri seseorang jika ingin bertahan, harus diperhatikan juga kepentingan non personal dari pihak mitra.

Kepedulian sosial (social interest) adalah nilai pada diri seseorang untuk dapat memilih hidup dalam kelompok sosial, memahami bahwa ia penting untuk bertindak secara moral, menjaga kebenaran orang lain dan membantu masyarakat untuk berkreasi dalam dunia dimana mereka senang hidup bersamanya. Setiap orang bergantung kepada orang lain, namun tak ada seorangpun yang ingin bergantung pada orang tertentu secara khusus. Kenyataannya, sangat bodoh jika seseorang begitu bergantung bahwa hilangnya salah seorang akan berarti hilangnya bantuan atau pertolongan (http,2010). Sebaliknya untuk menjadi rasional guna menempuh stabilitas emosi dalam membina mental yang sehat, seseorang harus dapat menerima orang lain dan respek kepada-nya dan ia hidup nyaman diantara mereka.

Ulet dapat berarti tangguh, kuat, dan tidak mudah putus asa. Sebagai pengusaha yang emiliki visi ke depan yang tinggi, misalnya ingin berhasil, ulet di dalam mencapai cita-cita sangatlah mentukan keberhasilan. Cita-cita yang telah ditetapkan jauh-jauh hari akan memberikan dorongan energi psikis yang sangat kuat untuk berusaha dengan maksimal. Dan bahkan dapat menanggulangi hambatan akibat adalah kendala, kegagawal awal, rintangan dan cobaan. Orang- orang yang sukses hamper semua memiliki sifat keuletan yang tinggi. Ibarat kata, orang jatuh 11 kali akan bangkit 12 kali. Keuletan dapat dikatakan sebagai karakter penyangga bagi tetap berprosesnya suatu usaha dan daya upa mencapai yang diinginkan oleh siapapun. Oleh karena itu, keuletan, ketangguhan, tidak mudah menyerah dan tidak putus asa adalah sifat yang dapat ditumbuhkembangkan.

Kejujuran merupakan sikap sekaligus karakter mulia yang dimiliki oleh manusia. Orang jujur, pengendali dirinya ialah suatu sikap utama, dimana dirinya menempatkan kesadaran mendalam bahwa ketidakjujuran merupakan sikap sekaligus peri;aku yang menimbulkan mala petaka. Sifat yang dapat menyanggap karakter jujur adalah sifat yang dipelajari, dan diimplemtasikan melalui rses internalisasi diri sendiri dan lingkungan. Oleh karena itu, orang jujur diterima di mana saja ia berada. Kejujuran sangatlah dibutuhkan oleh setiap usaha untuk mencapai keberhasilan. Seseorang yang menempatkan dirinya sebagai bagian dari komunitas social yang baik haruslah menyadari bahwa kejujuran akan membawa keberuntungan. Jika kejujuran ini sudah menjadi kebiasaan yan melekat di setiap langkah dan tingkah laku, maka kejujuran menjadi tabiat dan pribadi.

Jujur merupakan kesadaran lurus hati, dan orang akan berkata yang sebenar-benarnya tidak menipu atau menyampaikan informai yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi (fakta). Jujur kebalikan curang, melaksanakan pekerjaan seperti aturan yang mengikatnya. Jujur dapat juga diartikan kesamaan antara isi hati dengan apa yang disampaikan serta performansi seseorang. Setiap individu harus memiliki sifat jujur. Siapapun yang ingin sukses harus menjadikan sikap jujur sebagai bagian diri yang tidak terlupakan.