image_pdf

Kabar bahagia datang dari Universitas Negeri Malang (UM). Di masa pandemi ini, kampus yang diresmikan pada 1954 tersebut mengukuhkan empat guru besar baru sekaligus pada acara yang berlangsung di Graha Cakrawala UM, Kamis (19/11), tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Salah satu di antara empat profesor tersebut ialah Prof. Dr. Ir. Syaad Patmanthara, M.Pd. yang dikukuhkan sebagai guru besar Teknologi Pembelajaran Teknik Informatika. Syaad adalah orang pertama yang dikukuhkan menjadi profesor bidang ilmu tersebut di UM dan kedua di Indonesia.

Pada orasi pengukuhannya, lelaki kelahiran Banyuwangi, 58 tahun lalu itu mengambil tema ‘Model Konseptual Online Learning untuk Meningkatkan Technical dan Employability Skill: Blended Learning, Web-Based Learning, Game-Based Learning, Dan Social Media-Based Learning’. Ia memaparkan bahwa pandemi Covid-19 ini membawa percepatan transformasi, khususnya dalam bidang pendidikan yang kini harus dilaksanakan secara online. “Mau tidak mau, seluruh dunia seketika mengubah pola pembelajaran menjadi pembelajaran daring, yang pasti sangat bergantung pada teknologi informasi,” papar Syaad membuka orasi ilmiahnya.

Terlebih, jika ditarik ke konteks pendidikan kejuruan, khususnya informatika yang menjadi spesialisasinya, siswa tak boleh hanya diberi pemahaman akademik berupa materi, namun juga apa yang disebut keterampilan technical dan employability. “Biasanya seseorang yang pintar dalam materi dan memiliki keterampilan teknik tinggi, memiliki communication skills rendah. Inilah yang membuat mengapa technical skills harus beriringan dengan employability skills,” ujar sang profesor. Lantas apakah pembelajaran online tak mungkin memberikan pengalaman belajar yang bisa menanamkan technical dan employability skills? “Tentu sangat mungkin. Apalagi saat ini ribuan inovasi lahir untuk menyelamatkan siswa dari bahaya inkompetensi akibat kondisi darurat yang berkepanjangan,” kata pria yang mengawali karier sebagai dosen sejak 1991 ini.

Syaad mengklaim bahwa pengalaman belajar bisa didapat melalui berbagai inovasi yang diterapkan pada pembelajaran blended (campuran online dan offline, red), pembelajaran berbasis web, game edukasi, dan media sosial. “Jika kita tarik pada konteks pandemi Covid-19, blended learning layak diterapkan untuk daerah yang telah dikategorikan sebagai zona hijau atau kuning,” papar ayah tiga anak ini.

Selain blended, pembelajaran berbasis web, game, bahkan media sosial sangat ampuh jika dikembangkan menjadi media belajar yang menanamkan aspek-aspek technical dan employability skills. “Contohnya dalam game, medsos seperti TikTok yang sekarang sedang populer, bisa ditumbuhkan nilai-nilai kolaborasi. Kemampuan kolaborasi merupakan salah satu poin yang cukup penting dalam membangun budaya berkerja siswa,” ujar Syaad.

Dalam pengembangan tersebut, lanjut Syaad, diperlukan model konseptual pembelajaran agar online learning memberikan pengalaman belajar yang baru dan bermakna bagi siswa. “Pemikiran saya mengenai model konseptual pembelajaran online ialah dalam pembelajaran tersebut harus ada tempat untuk mengembangkan konten bagi guru yang berisi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur,” kata pria berkumis ini. Selain itu, siswa harus diberi wadah untuk belajar dari konten-konten yang tersedia. “Terakhir juga harus ada sistem manajemen yang baik dari setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Semoga sekelumit kecil pemikiran saya ini dapat menjadi sumbangsih yang bermanfaat untuk UM khususnya dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya,” kata Syaad mengakhiri pidatonya.