image_pdf
Universitas Negeri Malang (UM) mendukung penuh program Merdeka Belajar Kampus Merdeka terutama Kampus Mengajar dalam menyiapkan mahasiswa hadapi tantangan

Malang, 21 Agustus 2024 – Universitas Negeri Malang (UM) secara aktif mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Kemendikbudristek. Salah satu program MBKM yang diminati oleh mahasiswa UM adalah Kampus Mengajar, sebuah inisiatif yang memungkinkan mahasiswa untuk mengaplikasikan strategi pembelajaran di sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) yang telah bekerjasama dengan Kemendikbudristek.

“Melalui program ini, mahasiswa UM, yang memiliki latar belakang pendidikan, mendapatkan kesempatan untuk mengonversi 20 SKS dengan penilaian dari Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Guru Pamong,” jelas Umi Saiful Ummah, S.Pd, M.Pd, Ph.D, yang merupakan PIC Kampus Mengajar di UM.

Mahasiswa yang berminat mengikuti program Kampus Mengajar diwajibkan telah menyelesaikan minimal 60 SKS atau berada di semester enam. Setelah mendaftar di laman resmi MBKM-Kampus Mengajar, penempatan sekolah dilakukan oleh Kemendikbudristek berdasarkan program studi yang diambil oleh mahasiswa. Penempatan ini dilakukan dengan kerjasama Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) di batch 8 program ini.

“Setelah penempatan, mahasiswa akan menjalani pra penugasan yang dimulai dengan pembekalan dan koordinasi bersama BBPG serta sekolah yang ditetapkan. Mahasiswa juga terlibat dengan berbagai pihak eksternal selama proses ini,” tambah Umi saat diwawancarai oleh Tim Humas UM.

Dalam tahapan penugasan, mahasiswa melakukan observasi di sekolah, melaksanakan pre-test Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) di kelas, menyusun rancangan kegiatan, dan mengadakan forum komunikasi dengan DPL, Guru Pamong, serta pihak sekolah.

“Forum komunikasi ini sangat penting karena menjadi wadah untuk menyetujui program-program yang telah dirancang oleh mahasiswa. Tantangan terbesar yang sering kami hadapi adalah ketika sekolah yang dituju tidak bersedia menerima mahasiswa,” ungkap Umi.

“Tantangan terbesar adalah proses pemindahan. Ini tidak mudah karena harus melalui koordinasi dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat dan mencari sekolah pengganti. Prosesnya cukup panjang, sehingga waktu mahasiswa di sekolah untuk menyelenggarakan program terpotong,” jelas Umi.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, UM tetap berkomitmen untuk mendukung mahasiswa yang terlibat dalam program ini. “Kami senantiasa memantau mahasiswa melalui laporan evaluasi yang mereka buat. Jadi, ketika ada sesuatu yang salah atau janggal, kami bisa langsung membantu menyelesaikannya,” papar Umi.

Umi juga berharap program Kampus Mengajar dapat meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam mengajar. “Diharapkan mahasiswa tidak hanya mampu secara teoritis, tetapi juga secara praktis dalam menangani kasus pendidikan di lapangan. Dengan demikian, mahasiswa memiliki pemahaman yang komprehensif tentang pendidikan di Indonesia,” pungkasnya.

Pewarta: Inayah Amalia Taufani-Internship Humas UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM