image_pdf
Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag, M.Fil.I

Malang. Guru Besar Bidang Ilmu Agama Islam Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag, M.Fil.I hadir menjadi pembicara di Galery City Guide 911 FM pada Selasa (21/09/2021). Talkshow dengan tema “Mengikis Ekslusivisme dan Radikalisme Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Melalui Pengarusutamaan Moderasi Beragama” ini dimulai pukul 12.00 WIB melalui live on air di 91.1 FM dan live streaming di beberapa akun sosial media City Guide.

Dipandu host Erika Rosa, tema pada talkshow ini sebenarnya merupakan penelitian yang dikerjakan oleh Dosen Sastra Arab FS UM ini. Ia mengatakan bahwa konsep ini tergambarkan dari keutuhan NKRI yang penuh ancaman, mulai dari ancaman ideologi transnasional radikal, mental dogmatik, hingga perilaku polemik sehingga moderasi beragama harus ditingkatkan. “Moderasi beragama adalah esensi ajaran agama itu sendiri, mengambil jalan tengah di antara dua sisi yang ekstrem agar tidak terjebak dari sifat keagaaman yang radikal” ujarnya.

Guru besar UM termuda ini, juga mengukapkan cara untuk membangun moderasi beragama dalam dunia pendidikan. Beliau mengatakan bahwa dunia pendidikan harus paham terlebih dahulu prinsip-prinsip moderasi beragama dan juga harus memiliki karakter moderat.

“Siapa saja yang harus berperan dalam mewujudkan moderasi beragama, baik pemerintah maupun nonpemerintah. Salah satu strategi yang paling jitu untuk merajut kebhinekaan dalam kesatuan melalui pengarusutamaan moderasi beragama atau wasathiyah islamiyah” ujarnya

Berbicara mengenai tujuan dari pengarusutamaan moderasi beragama,  Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag, M.Fil.I berkata bahwa tujuan akhirnya seperti yang dirumuskan oleh Kemendikbud mengenai kompetensi inti yang hendak diwujukan kepada peserta didik, yakni sikap, pengentahuan, dan keterampilan. Pada sikap dipecah menjadi dua, sikap spiritual dan sikap sosial sehingga pada poin sikap sosial inilah letak esensi pengarusutamaan moderasi beragama. “Kita sangat berharap peserta didik kita adalah insan yang memiliki kesiapan untuk hidup bersama di dalam keberagaman dan menghormati pihak yang berbeda keimanan, keyakinan, serta kepercayaan (live togeher)” tuturnya

Pewarta : Risa Ramadania – Internship Humas UM