image_pdf
Isnawati Hidayah, M. Sc masuk daftar Top Agri-food Pioneers (TAP) oleh World Food Prize Foundation

Malang – Kebanggaan kembali diraih oleh salah satu alumni Universitas Negeri Malang (UM), Isnawati Hidayah, M.Sc., yang berhasil masuk dalam daftar Top Agri-food Pioneers (TAP) oleh World Food Prize Foundation. Kini berkiprah sebagai peneliti ketahanan pangan, Isnawati berbagi kisah inspiratif tentang perjalanannya dalam memperjuangkan ketahanan pangan dan nutrisi berkelanjutan, yang sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Saya sangat bersyukur dan semakin termotivasi untuk berkontribusi dalam ketahanan pangan Indonesia. Penghargaan ini bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi juga sebagai pesan bahwa semua pemuda Indonesia dapat menjadi agen perubahan,” ujar sang peneliti dalam wawancara eksklusif.

Pengalaman pribadi mendalam mendorongnya untuk berkecimpung di bidang ketahanan pangan. Hampir satu dekade lalu, ia menyaksikan langsung kondisi kemiskinan yang memengaruhi ketahanan pangan dan kesejahteraan gizi di sebuah desa di Kabupaten Malang. “Saya melihat keluarga dengan berbagai keterbatasan hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka sangat bergantung satu sama lain tetapi memiliki sedikit akses terhadap pangan layak dan bergizi,” katanya, menceritakan pengalaman yang mengubah hidupnya.

Pengalaman ini membangkitkan motivasi sang peneliti untuk mencari solusi ketahanan pangan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. “Saya percaya bahwa melalui penelitian yang mendalam, kita bisa menemukan solusi yang lebih berkelanjutan. Setiap inovasi, sekecil apa pun, dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat yang paling membutuhkan,” ujarnya penuh semangat. Ia menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai pondasi kesejahteraan yang mendukung SDG ke-2, yaitu mengakhiri kelaparan.

Selain penelitian, ia juga mendirikan ROTASI Institute (Institute for Rural Development and Sustainability), sebuah lembaga riset yang berfokus pada pemberdayaan daerah pedesaan. “ROTASI hadir untuk menjawab tantangan kompleks di daerah pinggiran, terutama dalam ketahanan pangan, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Kami menggabungkan berbagai keahlian untuk menciptakan solusi holistik yang bisa diterapkan langsung di lapangan,” jelasnya.

ROTASI Institute bekerja sama dengan berbagai institusi ternama seperti Wageningen University and Research dan RIKOLTO Indonesia. “Kami juga berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur. Kami banyak berkerjasama dengan FEB UM, termasuk Prof Imam Mukhlis. Sinergi ini memungkinkan kami menerapkan hasil riset demi kesejahteraan masyarakat secara nyata,” tambahnya.

Kolaborasi lintas disiplin dan internasional menjadi bagian tak terpisahkan dari kerja risetnya. Dalam beberapa tahun terakhir, ia dipercaya bergabung dengan Young Scientist Group di bawah World Food Forum, FAO. “Melalui kelompok ini, saya berkesempatan berdiskusi dengan ilmuwan muda dari seluruh dunia dan berbagi solusi inovatif dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan global, juga melakukan kolaborasi penelitian,” ujarnya. Kolaborasi ini memperkaya perspektifnya dan memperkuat misi untuk menciptakan dampak positif di level internasional.

Tantangan terbesar dalam penelitiannya adalah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dan menemukan pendanaan untuk proyek-proyek berkelanjutan. “Kolaborasi ini tidak selalu mudah karena setiap pihak memiliki tujuan yang berbeda, tetapi justru dengan berkolaborasi kita bisa menghasilkan solusi yang lebih holistik,” ungkapnya. Selain itu, ia juga menghadapi kendala dalam mencari pendanaan yang memadai untuk penelitian yang sering kali mahal. Meski begitu, ia tetap bersemangat dan berusaha mengatasi kendala tersebut secara bertahap.

Melalui komitmennya, peneliti muda ini berharap bisa menginspirasi generasi muda, terutama perempuan, untuk berperan dalam riset dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. “Saya ingin para perempuan di Indonesia menyadari bahwa mereka juga bisa menjadi agen perubahan. Dengan tekad dan kerja keras, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua,” tuturnya menutup wawancara.

Pewarta: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM