image_pdf

Malang- Pusat Pengkajian Pancasila (P2P) UM yang bergerak di bawah pengawasan langsung Rektor UM kembali mengadakan diskusi rutin dengan mendatangkan dua narasumber dari Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Brawijaya (UB). Kegiatan tersebut mengangkat tema “Konflik Ummat Beragama dalam Masyarakat Multikultural”, kedua narasumber yakni I Wayan Suyadnya, SP, M.Sos., dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB serta Dr. Yusuf Hanafi, M.Fil.I., dosen Fakultas Sastra (FS) UM berhasil mengupas tuntas tema yang diberikan. Tema diskusi kali ini (24/6) berdasarkan problema yang beredar di masyarakat multikultural modern, yang mana problema tersebut kian hari kian kompleks. Kegiatan yang dihadiri oleh sebagian besar dosen UM ini dilaksanakan di Lt. II Gedung S4 P2P UM yang berada di Jl. Veteran.

Dalam sambutannya Drs. Slamet Sujud Purnawan Jati, M.Hum., selaku Ketua UPT P2P UM mengungkapkan gagasannya mengenai kondisi masyarakat multikultural saat ini.

“Pada masyarakat modern multikultural menjadi sangat kompleks. Hal tersebut akibat dari budaya luar, budaya baru karena adanya akses komunikasi dan informasi tidak terbendung yang mengakibatkan semakin plural dalam budaya”, terangnya.

Menurut I Wayan Suyadnya, SP, M.Sos., masyarakat multikultural saat ini cenderung mengkaitkan isu-isu perbedaan dengan isu-isu agama yang berkembang menjadi konflik antar ummat beragama yang beredar di dalam negeri maupun di luar negeri. I Wayan Suyadnya, SP, M.Sos., menjelaskan konflik ummat beragama yang terjadi di Indonesia, seperti konflik Aceh, Poso, Lampung Selatan, Sampang, dan lain sebagainya, berdasarkan penelitian beliau yang dilakukan di daerah Papua dan empat tempat lainnya yang berada di kawasan pasifik tidak ditemukan akar permasalahannya yang berawal dari permasalahan agama.

Dr. A. Rasyid Al Atok, M.Pd, M.H., mantan Ketua UPT P2P UM  menambahkan “Terjadinya konflik saat ini disebabkan oleh individu masing-masing yang kurang santai dalam beragama. Jangan bertengkar karena alasan apapun yang nantinya mencederai agama”, ujarnya.

Dr. Yusuf Hanafi, M.Fil.I., menegaskan “Indonesia adalah bumi keragaman, namun tetap satu. Penyebabnya adalah Pancasila, subhanallah berbeda-beda tetap satu juga”, terangnya. Beliau juga megaskan bahwasanya untuk menghadapi keragaman ialah dengan ta’aruf dan diperlukan cita-cita yang sama dalam bernegara.

Pewarta           : Salsabila Indana Zulfa-Internship Humas UM