Dosen UM Inovasikan UV Inkubator, Tingkatkan Daya Tahan Madu
Bagikan:
Bagikan:
Madu yang dihasilkan dari nektar bunga oleh lebah, secara tradisional dihargai karena manfaat kesehatannya yang luas. Namun, salah satu tantangan terbesar dalam produksi madu adalah menjaga kualitas dan keamanannya tetap terjaga agar tidak mudah terkontaminasi mikroba. Hal ini diperlukan agar madu tidak rusak dan dapat dikonsumsi, serta mampu memberikan keuntungan materi bagi pengusaha madu.
Melihat permasalahan tersebut, Agung Witjoro, M.Kes., membuat inovasi UV inkubator yang menggunakan cahaya ultraviolet untuk membunuh mikroorganisme tanpa mengubah komposisi kimia madu atau mengurangi manfaat kesehatannya. Ini adalah sebuah terobosan baru dalam teknologi pengawetan makanan yang tidak hanya mempertahankan kualitas tetapi juga memperpanjang umur simpan produknya. Sosialisasi sekaligus penyerahan alat UV Inkubator ini dilaksanakan pada Senin (08/07/2024) di Kampung Madu, Kediri.
“Penggunaan alat UV inkubator juga mencerminkan sebuah langkah besar dalam aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi pada industri agrikultur lokal. Keterlibatan Universitas Negeri Malang dalam proyek ini menunjukkan peran penting institusi pendidikan dalam menghadirkan solusi berbasis penelitian untuk masalah nyata yang dihadapi oleh masyarakat,” terang dosen dari departemen Biologi UM ini.
“Mahasiswa dan dosen dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam pengembangan dan pengujian alat ini, memberikan mereka pengalaman langsung yang berharga dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin pemikiran di masa depan,” tambahnya.
Di samping adanya manfaat dari aspek teknologi dan pendidikan, adapun pertumbuhan pada aspek ekonomi yang signifikan dalam penerapan alat UV inkubator ini. “Dengan memperbaiki kualitas dan umur simpan madu, produsen lokal sekarang dapat berpikir untuk mengekspor madu ke pasar internasional, yang sebelumnya mungkin terbatas karena masalah keamanan pangan,” ujar Agung.
Ekspor madu yang lebih aman dan berkualitas lebih tinggi dapat meningkatkan visibilitas dan permintaan untuk madu Kediri, sehingga membuka peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi lokal,” imbuhnya.
Selanjutnya, alat UV inkubator ini juga menawarkan peluang untuk pendidikan masyarakat tentang pentingnya keamanan pangan dan praktek produksi yang berkelanjutan. Program-program komunitas yang diselenggarakan oleh UM bersama dengan produsen madu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang teknologi dan manfaatnya, serta mampu menjadi inspirasi untuk mengadopsi praktik yang serupa di industri makanan lainnya.
Potensi aplikasi alat UV inkubator tidak terbatas pada madu saja. Teknologi serupa bisa diadaptasi untuk berbagai produk lain dalam industri pangan, seperti jus, selai, dan produk fermentasi, yang semua memerlukan standar kebersihan yang tinggi untuk memastikan keamanan konsumen.
Proyek ini adalah contoh bagaimana inovasi yang dipimpin oleh akademisi dapat memiliki dampak langsung yang luas, tidak hanya dalam hal ekonomi dan kesehatan masyarakat, tetapi juga dalam pembangunan kapasitas dan kemandirian teknologi di tingkat lokal. Proyek ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-7 mengenai energi bersih dan terjangkau melalui penggunaan alat UV inkubator. Selain itu, pendidikan juga dapat berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim, sesuai dengan SDGs poin ke-13 serta SDGs poin ke-15 mengenai peningkatan pengetahuan ekonomi lokal
Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah – Mahasiswa UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM