image_pdf
[LIFESTYLE]

Raden Ajeng Kartini yang akrab disebut dengan Ibu Kartini, merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam Sejarah Indonesia, terutama dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Emansipasi wanita merupakan gebrakan yang diperjuangkan oleh Kartini agar seluruh wanita di Indonesia mendapatkan kesetaraan hak-haknya dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan yang merata, kesetaraan gender, kesehatan, kesejahteraan dan lain sebagainya. 

Salah satu sosok inspiratif yang mengikuti jejak Kartini adalah Prof. Dr. Lia Yuliati, M.Pd., yang merupakan profesor berprestasi Universitas Negeri Malang (UM) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) khususnya di Program Studi Pendidikan Fisika, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris dan Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran di Lembaga Pengembangan Pendidikan dan pembelajaran (LPPP) UM. Menurut Prof. Lia, Kartini telah memberikan jalan bagi wanita di Indonesia untuk memiliki pemikiran yang lebih terbuka. Dalam salah satu buku Kartini, yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”, yang berisikan tentang pemikiran-pemikiran Kartini semasa hidupnya. Buku ini menjadi motivator bagi para wanita di Indonesia agar dapat memaksimalkan perannya untuk berkontribusi dan berkiprah dalam bangsa. 

Kartini telah memperjuangkan hak-hak wanita. Salah satu aspek yang sangat diperjuangkan adalah kesetaraan wanita untuk mendapatkan hak dalam pendidikan, karena pendidikan yang luas akan mengantarkan seorang wanita untuk dapat mengembangkan potensi mereka dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa. “Kartini telah membuka pemikiran saya bahwa menjadi wanita harus berpendidikan dan cerdas,” ujar Prof. Lia. Meskipun wanita akan memiliki tanggung jawab yang besar sebagai seorang istri dan juga ibu dalam berumah tangga, setiap wanita juga memiliki hak-hak yang sama untuk memaksimalkan perannya dalam aspek kehidupan. Pemikiran Kartinilah yang menginspirasi bahwa wanita dalam koridor fitrahnya, dapat mengerjakan dan mencapai hal-hal yang dapat dicapai oleh laki-laki misalkan pencapaian dalam prestasi akademik atau pendidikan, pembedanya hanyalah pada tanggung jawab atau peran utama wanita yaitu sebagai seorang istri dan ibu, sebab wanita merupakan benteng pertahanan dalam membangun rumah tangga sekaligus sebagai madrasah utama bagi seorang anaknya.

Perjuangan Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanitalah yang menginspirasi Prof. Lia untuk terus meningkatkan pencapaiannya, terutama di bidang akademik, mulai dari menjadi sarjana, memperoleh gelar magister, hingga menjadi guru besar. Sebagai seorang istri, ibu, dan juga akademisi, Prof. Lia mengatakan bahwa seluruh pencapaian yang telah dicapai merupakan hal yang sangat berkesan, terutama dengan adanya dukungan penuh dari keluarga untuk berkarir, sehingga setiap pekerjaan yang diperoleh selalu dinikmati dengan tetap menetapkan skala prioritas. 

Kartini telah membuka jalan bagi para wanita untuk terus berkarya dan turut memperjuangkan kemajuan bangsa. Prof. Lia menyampaikan bahwa pada setiap keputusan pasti ada risiko yang harus dapat dipertanggungjawabkan, sehingga sangat diperlukan untuk terus meningkatkan kualitas diri agar mampu menjadi wanita yang memiliki pemikiran terbuka dan cerdas. “Untuk wanita muda, baik wanita yang bekerja di rumah maupun di luar rumah, tanpa melupakan kodrat wanita sebagai istri dan ibu, tetap dan teruslah belajar, jangan malu untuk bertanya, membaca, dan belajar selama masih mampu,” pesan Guru Besar Pendidikan Fisika UM tersebut.

Pewarta: Silla Cahya Nisa – Internship Humas UM 

Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM