image_pdf

Tim Pengabdian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) melaksanakan pengabdian untuk masyarakat Kampung Sanan. Bentuk Pengabdian tersebut adalah dengan memberikan pelatihan pembuatan model bentuk tempe karakter. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada Minggu (7/8/2022) di Gedung Primkopti Bina Usaha, Sanan, Kota Malang. Pelatihan tersebut dihadiri oleh Tim Pengabdian LP2M UM, Lurah Kampung Sanan, para ketua RT, Ketua RW, Ketua Pokja, Ketua Paguyuban Sentra Produksi Tempe dan Keripik Tempe Sanan Malang, dan diikuti oleh 35 orang perwakilan RT di wilayah RW 15 Sanan. 

Kampung Sanan terkenal sebagai destinasi wisata industri kecil berbasis rumah tangga dengan produk andalan olahan tempe. Saat ini masyarakat Sanan sudah mampu mengolah tempe menjadi 50 jenis olahan.  Seperti keripik tempe dengan berbagai rasa, sate tempe, stik mendol, kue brownies tempe, kering tempe, dan olahan air rebusan kedelai yang menghasilkan nata de soya, kue muffin, kue lumpur tempe, dan kue bluder.  

Jumlah perajin ada 636 orang dan sudah tergabung dalam Paguyuban Sentra Produksi Tempe dan Keripik Tempe Sanan Malang yang diketuai oleh Dra. Trinil Sri Wahyuni. Pengrajin tempe yang tergabung dalam paguyuban tersebut terus melakukan inovasi produk olahan tempe, diantaranya adalah menciptakan olahan tempe karakter. Awalnya, olahan tempe karakter yang mereka ciptakan dicetak secara tradisional menggunakan cetakan plastik dan cetakan kue yang ada di pasaran. Namun seiring waktu disadari cara tradisional tersebut sangatlah memakan waktu sehingga kurang efisien. 

Maka dari itulah Drs. Sumarwahyudi, M.Sn., selaku Ketua Tim Pengabdian LPPM UM berinisiatif untuk membantu memodernisasi proses produksi tempe karakter melalui pelatihan. Pada pelatihan tersebut, Tim memberikan materi terkait dengan cara membuat bentuk atau cetakan tempe menggunakan teknik modelling plastisin dan stone gips. Selain itu pada pelatihan tersebut Tim Pengabdian juga menerangkan cara sterilisasi cetakan sebelum digunakan. 

“Dalam pengabdian ini, nantinya kami akan memberi beberapa pelatihan. Yang pertama yaitu pembuatan model,  yang kedua dilanjutkan  pelatihan mencetak model yang sudah dibuat menggunakan RTV Foodgrade dan Stone Gips, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan sterilisasi cetakan yang sudah dibuat supaya aman untuk kesehatan, dan yang terakhir ada pelatihan mengisi cetakan silikon yang telah disterilisasi menggunakan bahan olahan berbasis kedelai,” jelas Drs. Sumarwahyudi, M.Sn.

Usaha menciptakan berbagai macam olahan produk tempe ini memang diniatkan untuk meningkatkan kadar ekonomi masyarakat Sanan yang sebelumnya tergolong rendah. Tak hanya bapak-bapak pengrajin tempe, Dra. Trinil juga memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dalam pengolahan turunan produk tempe. “Selain pengrajin, kami juga memberdayakan ibu-ibu pembungkus untuk berwirausaha menciptakan turunan dari produk tempe yang dapat dijual, sehingga akan meningkatkan perbendaharaan mereka sedikit demi sedikit,” ungkap ketua paguyuban.

Pewarta: Mega Tri Utami – Internship Humas UM