image_pdf

Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Muhammad Kresna Dutayana dari program studi S1 Pendidikan Sosiologi meraih penghargaan MURI atas rekor Penyandang Buta Warna Parsial Pertama yang menjadi Pelukis. Penghargaan tersebut diperoleh pada Selasa (5/12) di Jakarta.

Dalam wawancara eksklusif, Muhammad Kresna Dutayana menyampaikan perasaan senang atas pencapaian tersebut. Hal ini menjadi pembuktian bahwa di balik kekurangan tersebut, terdapat potensi menjadi seorang seniman pelukis yang menyandang buta warna parsial di Indonesia.

“Saya sudah menekuni hobi melukis sejak kecil sehingga saya bisa menyalurkan aspirasi saya untuk bisa menjadi pelukis yang baik. Saat ini saya menunjukkan bahwa saya layak berada di seni lukis dan menjadi seorang pelukis,” ucap Kresna.

Dari hobi melukis sejak kecil tersebut, hal itu yang mendasari Kresna memutuskan untuk mengejar karir seni lukis terlepas dari penyandang buta warna parsial. Kresna ingin membuktikan bahwa seorang pelukis buta warna parsial bisa mempunyai karya yang layak untuk diperjualbelikan ataupun ditonton dalam dunia seni dan bisa dinikmati hasil karya seni yang telah dibuatnya.

Kresna menambahkan perjalanan untuk mengembangkan bakat seni lukisnya dimulai sejak dia mengikuti perlombaan menggambar dan mewarnai ketika masih berada di bangku Sekolah Dasar dan meraih juara 1 tingkat kecamatan.

“Dari momen tersebut, saya menyadari bahwa saya buta warna parsial dan sulit membandingkan antara warna merah dan coklat. Kendala tersebut saya atasi dengan mencoretkan warna merah dan coklat di atas kertas putih dan membandingkannya hingga saya dapat membedakannya. Selain itu, saya sangat terbantu dengan tulisan jenis warna yang tercantum di dalam krayon ataupun cat air sehingga saya dapat mengenali warnanya,” jelas Kresna.

Puncaknya ketika Kresna berada di bangku Sekolah Menengah Atas, dimana Kresna sudah dapat melukis dengan lebih baik dan menunjukkan hasil karyanya di lingkungan sekolah SMAnya. Dimulai dari momen tersebut, Kresna mengawali dan menekuni dunia lukis dengan menggunakan cat air, cat akrilik, ataupun cat minyak. Hasil karya lukisan pertama ketika waktu SMA itulah yang digunakan Kresna untuk disetorkan ke museum rekor Muri dan ditambah lukisan kedua berupa lukisan ikan yang dihasilkan ketika lulus wisuda SMA.

Walaupun Kresna terkendala tidak bisa menjadi mahasiswa seni rupa ataupun seni rupa murni karena mengidap buta warna parsial, hal itu tidak menyurutkan ketekunannya dalam mendalami dunia seni. Kresna fokus dalam berkarya dengan baik hingga karyanya layak dan dapat diterima masyarakat luas. 

“Saya ingin membuktikan bahwa penyandang buta warna parsial itu juga bisa mempunyai karya seni rupa seni lukis. Walaupun kurang dapat dalam membedakan warna dengan baik, bukan berarti tidak bisa melihat warna total. Dengan menjadi pelukis buta warna parsial saya membuktikan bahwa adanya warna-warna yang bisa dibedakan antara satu sama lain dan tidak ada warna yang tidak bisa dilihat sehingga hal ini menunjukkan bahwasannya saya pelukis yang setara dengan pelukis yang tidak buta warna parsial,” jelas Kresna.

Mengenai rencana ke depan, Kresna ingin membuka galeri pameran seni rupa atau seni lukis yang dikhususkan untuk pelukis buta warna parsial. Selain itu, Kresna ingin membuka bisnis di dunia seni dengan membuka pameran galeri seni tersebut. Terkait program studi yang telah ditempuhnya yaitu prodi Pendidikan Sosiologi, Kresna juga ingin menjadi guru dan menempuh pendidikan profesi guru atau PPG.

Dari perjuangan Kresna untuk mendapatkan penghargaan rekor MURI tersebut, terdapat ketekunan dan fokus untuk mendalami sesuatu hal yang menjadi hobi. Selain itu, di balik kekurangan yang ada tidak bisa dijadikan alasan sebagai penghambat untuk seseorang yang ingin berkembang.

“Pesan dan nasehat saya yang ingin saya sampaikan kepada orang-orang atau masyarakat yang merasa keterbatasan dalam kondisi fisik atau kesehatan mereka adalah tetap semangat dan terus menekuni hobi kalian ataupun cita-cita kalian yang ingin kalian. Selagi kita bisa berusaha maka kita akan bisa mencapai tujuan yang kita inginkan. Bagi kalian yang mempunyai fisik bukan berarti kalian tidak bisa berkarya. Banyak di antara kalian yang sebenarnya mempunyai karya-karya hebat yang dimana itu berasal dari kekurangan mereka,” pungkas Kresna.

Pewarta : Novita Eka Andriyana – Intenship Humas UM

Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM