image_pdf

Muhammad Arif Fadlurrahman menyampaikan materi pengelolaan konten menjadi desain yang komunikatif

Sebagai mayoritas dengan pemeluk mencapai 231 juta jiwa (86,88%), umat Islam berkewajiban menjaga stabilitas keamanan dan keutuhan bangsa serta mengayomi minoritas sebagai bentuk pengejawantahan konsep rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta. Salah satu ujung tombak penyebaran kerahmatan Islam bagi semesta adalah para mubaligh, dai, atau aktor dakwah lain. Pada mulanya, dakwah hanya dilakukan secara langsung atau konvensional, namun seiring berkembangnya teknologi dan revolusi industri 5.0, dakwah bisa dilakukan melalui platform digital.

Hal inilah yang menjadi alasan tim pengabdian mahasiswa Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar pelatihan konten kreator berbasis turats dan kitab ulama nusantara. Acara pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari, mulai 20-21 Mei 2023 di MAN Kota Batu dengan melibatkan santri dari Ma`had Al Ulya MAN Kota Batu, anggota Osis MAN Kota Batu, santri Ma’had Al Mukhlisin dan santri Ma’had Mambaul Ulum.

Pada hari pertama, pelatihan diisi oleh Ahmad Muthohar dari Gasek Multimedia dengan tema pengelolaan konten dari kitab turats. Ahmad menyampaikan bahwa santri generasi millenial harus bisa menuangkan hasil ngajinya dari kitab turats atau kitab klasik ulama nusantara menjadi sebuah konten dakwah digital yang bernilai pengajaran dan kebaikan untuk khalayak umum. 

“Kalian harus mampu melakukan edukasi lewat konten dakwah digital dari hasil ngaji yang telah kalian lakukan. Karena apa yang kamu sebarkan dan bisa mendapatkan viewer 1.000 orang, maka sama saja kamu telah melakukan dakwah di aula bersama 1.000 orang. Selain itu, jika isi dari konten tersebut berupa kebaikan, maka kalian yang membuatnya juga akan mendapatkan pahala dari kebaikan tersebut,” jelas Ahmad.

Pada hari kedua, pelatihan diisi oleh Muhammad Arif Fadlurrahman dari Kos Media dengan tema pengelolaan konten menjadi desain yang komunikatif. Arif lebih banyak menjelaskan mengenai teknis pembuatan desain yang simple namun komunikatif, sehingga sebuah konten dakwah bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat yang melihatnya.

“Hal pertama yang dilihat oleh pengunjung sosial media adalah visual, namun mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memutuskan konten ini layak disimak atau tidak. Oleh karena itu kekuatan visual dengan keterbatasan ruang perlu dimaksimalkan untuk meyakinkan viewer bahwa konten ini sangat menarik, dan dalam desain grafis ada 4 prinsip utama yang harus dikuasai agar memaksimalkan kualitas visualnya, yakni; ruang kosong, kejelasan, emphasis dan kesederhanaan,” terang Arif.

Pelaksanaan kegiatan ini memperoleh respon positif baik dari peserta, kepala Ma`had maupun dosen pembimbing pengabdian. “Kegiatan ini sangat baik untuk diikuti dan disimak dengan seksama. Karena santri sebagai generasi islam harus mampu melakukan syiar agama dan perdamaian kepada khalayak umum melalui media digital karena memang sekarang sudah zamannya. Semoga acara ini memberikan dampak positif dan memunculkan pendakwah baru di media sosial dengan ajaran yang benar dan mengimplementasikan konsep kerahmatan Islam bagi semesta,” ujar Dr. Mohammad Ahsanuddin ketika memberikan sambutan dalam pembukaan acara pelatihan.

Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah