UM Kenalkan Inovasi Detergen Ramah Lingkungan dari Daun Kelor
Bagikan:
Bagikan:
Inovasi UM – Penggunaan deterjen kimia secara massal berpotensi mencemari lingkungan. Deterjen kimia yang umum dijual mengandung bahan berbahaya seperti fosfat dan synthetic surfactants yang sulit terurai, mencemari air serta tanah, dan mengancam kualitas ekosistem. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh organisme akuatik, tetapi juga oleh manusia, dengan risiko kesehatan seperti iritasi kulit dan gangguan pernapasan.
Berangkat dari kekhawatiran ini, Hendra Susanto, Ph.D., Dosen Departemen Biologi Universitas Negeri Malang (UM), bersama tim mahasiswanya, mengembangkan deterjen ramah lingkungan dari daun kelor (Moringa oleifera). Setelah melalui berbagai tahap pengembangan dan uji coba di laboratorium, produk ini diberi nama “Morigent” dan untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada santri di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim, Surabaya, pada Sabtu (10/08/2024).
“Kami memilih Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim karena banyaknya santri yang tinggal di sini, sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak negatif penggunaan deterjen sintetis terhadap lingkungan. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya kebersihan dan kelestarian alam,” ungkap Hendra dalam sambutannya.
Pada kegiatan peluncuran ini, para santri mendapatkan pelatihan teori dan praktik tentang pembuatan deterjen cair berbahan surfaktan daun kelor. Pelatihan dimulai dengan penjelasan bahaya penggunaan synthetic surfactants dalam deterjen komersial yang dapat merusak ekosistem. Setelah itu, santri diajak mempraktikkan langsung pembuatan deterjen ramah lingkungan menggunakan metode Prinsip Rotary Evaporator Sederhana (PRES).
“Pembuatan deterjen cair ini dimulai dengan menumbuk daun kelor kering hingga menjadi bubuk, kemudian direbus untuk mengekstraksi senyawa aktifnya. Setelah disaring, larutan dicampur dengan minyak esensial dan sedikit garam, lalu didinginkan. Produk akhir diuji kualitasnya meliputi organoleptik, stabilitas busa, dan daya bersihnya. Jika memenuhi standar, deterjen dikemas dan siap digunakan,” jelas Devi Mariya Sulfa, salah satu mahasiswa tim pengembang.
Pada akhir kegiatan, santri yang berhasil menyelesaikan pelatihan menerima produk deterjen hasil buatan mereka sendiri. Kegiatan ini tidak hanya memberikan keterampilan baru, tetapi juga memperkuat komitmen pesantren dalam menjaga lingkungan sesuai dengan ajaran Islam.
Program pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari upaya UM untuk terus mengembangkan inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Program ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-9 (industri, inovasi dan infrastruktur). Dengan semangat yang ditunjukkan para akademisi UM dan santri, diharapkan mampu menjadi pelopor dalam menciptakan inovasi dengan semangat menjaga dan merawat lingkungan di Indonesia.
Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah – Mahasiswa UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM