image_pdf

Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) kembali menggelar Public Lecture Series yang kedua kalinya. Kali ini bersama Assoc. Prof. Nik Norma Nik Hasan, Ph.D., dari School of Communication Universiti Sains Malaysia (USM). Acara ini diadakan pada Selasa (21/05) di Aula Ki Hadjar Dewantara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UM. 

Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari inisiasi kerjasama antara Prodi Ilmu Komunikasi UM dan School of Communication USM. Kerjasama ini diawali dari Program Co-Teaching yang mengusung semangat internationalization class dari Prodi Ilmu Komunikasi UM. Melalui semangat ini, kerjasama tidak hanya terbatas dalam bentuk pembelajaran, namun juga menghasilkan berbagai kegiatan kolaboratif lain yang bermanfaat.

Prof. Nik Hasan mengangkat topik “Borderless Haze & Youth: A Snippet of Malaysia”, yang membahas tentang isu lingkungan, khususnya fenomena kabut asap yang menjadi masalah besar di Indonesia dan Malaysia. Dalam paparannya, Prof. Nik menyampaikan pentingnya pemahaman lintas negara mengenai isu-isu kontemporer terutama yang berkaitan dengan lingkungan alam. 

Selain memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang telah aktif dalam sesi Public Lecture Series sebelumnya, Prof. Nik juga menyampaikan kesan bisa bertemu langsung dengan para mahasiswa UM. “Saya merasa sangat senang bisa bertemu langsung dengan adik-adik semua yang tampak antusias sekali mengikuti kelas ini dan saya mencoba untuk menjelaskan dengan Bahasa Indonesia sedikit-sedikit,” ujar Prof. Nik dalam sambutannya.

Pembahasan utama dalam Public Lecture Series kali ini adalah tentang fenomena kabut asap yang merupakan polutan dari hasil aktivitas manusia. Dari fenomena ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan, kegiatan ekonomi dan lingkungan hidup. Prof. Nik dengan jelas mengulas sejarah kabut asap di Malaysia dan Indonesia, serta dampaknya di negara-negara ASEAN lainnya. Dalam penjelasannya, Prof. Nik menyoroti kasus kabut asap tahun 2015 yang mengindikasikan dampak serius di tujuh negara ASEAN, termasuk Thailand Selatan, Vietnam, Kamboja, Brunei, Indonesia, dan Malaysia.

“Kabut asap tahun 2015 merupakan salah satu yang terburuk, mengakibatkan kualitas udara yang sangat buruk di beberapa negara ASEAN. Ini menunjukkan betapa pentingnya upaya bersama dalam menanggulangi masalah ini,” tambah Prof. Nik Hasan.

Prof. Nik juga membahas tentang peran Ilmu Komunikasi sebagai upaya preventif pencegahan kabut asap melalui kajian jurnalistik. Ia menekankan pentingnya penggunaan ethos dan pathos dalam berita atau media untuk membangun kredibilitas dan elemen human interest. Selain itu, gerakan pemuda melalui New Social Movement juga diangkat sebagai cara efektif dalam mengatasi permasalahan kabut asap.

“Dalam hal ini media pemberitaan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai dampak kabut asap. Dengan pendekatan yang tepat, media sebagai bentuk kontribusi ilmu komunikasi dapat mempengaruhi kebijakan publik dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak,” jelas Prof. Nik Hasan.

Kerjasama antara UM dan USM ini tidak hanya menghasilkan kuliah umum, tetapi juga melibatkan dua mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UM sebagai research assistant dalam program international grant di bawah bimbingan Prof. Nik. Selain itu, adanya rencana kolaborasi penulisan ilmiah di jurnal internasional antara dosen USM dan dosen Ilmu Komunikasi UM.

Public Lecture Series bersama Prof. Nik ini menjadi bukti nyata kolaborasi internasional yang dilakukan oleh UM dalam mengedepankan peningkatan kesadaran dan wawasan mengenai isu lingkungan, khususnya kabut asap, melalui pendekatan ilmiah dan partisipasi aktif mahasiswa.

Pewarta: Afgian Gala Mahiya Ikhsan – Internship Humas UM

Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM