image_pdf
Produk Inovasi Pengolahan Limbah Domestik Cair Menggunakan Mikroba Konsorsium dari LPPM UM

Rabu, 7 Agustus 2024 – Pembuangan limbah domestik di Indonesia masih menjadi isu yang rumit dan memerlukan inovasi baru untuk penyelesaiannya. Menyadari hal tersebut, Eli Hendrik Sanjaya, S.Si., M.Si., Ph.D., Kepala Pusat Sains dan Rekayasa Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UM, memperkenalkan inovasi Pengolahan Limbah Domestik Cair Menggunakan Mikroba Konsorsium Indigenous Proteolitik, Amilolitik, dan Lipolitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah domestik cair dengan mikroba lokal yang mampu memecah protein, pati, lemak, dan minyak.

Inovasi ini dikembangkan dengan memperhatikan tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) ke-6, yaitu mencapai air bersih dan sanitasi layak. “Dengan adanya inovasi ini, kualitas air dapat tetap terjaga dan jumlah air bersih di Indonesia bisa dipertahankan. Selain itu, limbah cair yang dibuang tidak akan merusak ekosistem air maupun ekosistem lainnya,” ujar Eli saat diwawancarai Tim Humas UM. Inovasi ini tidak hanya mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia, tetapi juga mendukung terwujudnya kampus ramah lingkungan di UM.

Eli Hendrik Sanjaya, S.Si., M.Si. menjelaskan kepada Tim Humas UM terkait dengan inovasi pengolahan limbah yang ramah lingkungan

“Di Universitas Negeri Malang sendiri, sebelumnya sudah ada alat pengolahan limbah cair dengan mikroba. Namun, diharapkan inovasi terbaru ini dapat bekerja lebih efektif dan lebih baik lagi,” tambah dosen Departemen Kimia dan Departemen Sains Terapan (Prodi Bioteknologi) UM itu. Eli Hendrik menyebutkan, pengembangan inovasi ini dimulai sejak beliau menyelesaikan pendidikan doktornya di bidang Teknik Lingkungan di Tohoku University, Jepang pada tahun 2020. Kemajuan pengolahan limbah di Jepang menginspirasi beliau untuk menciptakan teknologi pengolahan limbah domestik cair dari mikroba yang diperoleh dari limbah industri kelapa sawit.

“Rancangan inovasi ini dikembangkan dari adanya permintaan dari vendor pengolahan limbah cair restoran atau rumah makan di daerah Jakarta. Lebih lanjut, inovasi ini berpotensi untuk mendukung SDGs,” jelas Eli. Beliau menambahkan bahwa saat ini penelitian terkait pengolahan limbah cair di Lab. penelitian terus berjalan. Harapannya ke depan, inovasi ini dapat digunakan secara luas. Saat ini beliau telah mempersiapkan starter mikroba sebagai produk siap pakai untuk pengolahan limbah cair, sehingga proses pengolahan limbah domestik cair akan mudah dan terjangkau. “Penelitian terkait inovasi ini merupakan penelitian yang berkelanjutan yang butuh waktu panjang” ujar Eli.

Beliau juga menyampaikan bahwa proses yang memakan waktu tersebut merupakan salah satu tantangan yang dihadapi selama pengembangan inovasi. Proses ini mencakup isolasi mikroba yang memerlukan waktu enam bulan hingga setahun, kemudian uji coba menggunakan limbah domestik cair pada bioreaktor sebagai alat percobaan. Setelah limbah cair melewati bioreaktor yang berisi mikroba, kandungannya akan diukur kembali sesuai parameter kualitas yang telah ditetapkan.

Berikut ini merupakan tampilan dari bioreaktor pengolahan limbah domestik cair

“Harapannya, inovasi ini dapat diterapkan secara luas di Indonesia, karena dengan adanya pengolahan limbah domestik cair, limbah yang dibuang telah memenuhi standar parameter aman,” tutup dosen yang pakar dibidang Biokimia Lingkungan tersebut.

Pewarta: Silla Cahya Nisa – Internship Humas UM
Fotografer: Ridho Maulana – Internship Humas UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM