image_pdf

Malang. Dengan banyaknya agenda kegiatan yang diselenggarakan di Kafe Pustaka Perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM), membuat suasana penuh literasi semakin berkembang di kampus ini. Adapun kegiatan literasi terbaru yang diselenggarakan di kafe besutan Prof. Djoko Saryono Guru Besar Sastra Indonesia UM ini adalah Sabtu malam (13/7) dengan melaunching sebuah buku kitab pentigraf 3. Adapun launching buku pentigraf yang berjudul Laron-Laron Kota ini pun dihadiri bintang tamu sastrawan sekaligus dosen. Diantaranya dari Universitas Brawijaya (UB) yaitu Yusri Fajar dan Tengsoe Tjahjono dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Kegiatan yang dimulai sekitar pukul 19.00 ini berjalan seru. Terlebih sebelum dilakukan bincang buku Laron-Laron Kota para penonton dan penulis pentigraf diperkenankan untuk membacakan beberapa pentigraf atau cerpen tiga paragraf  yang terdapat di dalam buku tersebut. Karena hanya tiga paragraf saja, para penonton pun dengan mudah menyelesaikan pembacaannya dan penonton lain yang mendengarkan bisa mengetahui beberapa cerita yang hadir di dalam buku yang dilaunching malam itu.

Dalam pembahasannya, Sastrawan Tengsoe menjelaskan bahwa di dalam buku Laron-Laron Kota ini adalah buku kitab atau kumpulan pentigraf ketiga yang ia susun bersama dengan timnya. Adapun dalam pengumpulan naskah-naskah pentigraf terbarui ini Tengsoe juga sebagai kurator sekaligus pemberi judul buku tersebut. “Kita coba hadirkan dan populerkan pentigraf ini ke tengah-tengah masyarakat,” ungkap Tengsoe.

Selain itu, dalam buku Kunang-Kunang Kota ini pun dihadirkan dengan tema yang berbeda dengan dua kitab pentigraf yang lebih dulu terbit itu. Adapun perbedaan dalam buku terbaru ini adalah tema lebih pada permasalahan-permasalahan kota. Mulai dari kisah sampah hingga kisah pergulatan manusia hadir di dalam kitab pentigraf ini. “Tema permasalahan perkotaan ini yang kita tonjolkan dalam kitab pentigraf ini,” ujar sastrawan lulusan UM ini.

Dengan bermunculannya beberapa penulisan cerita dengan menggunakan pentigraf ini, diharapkan suasana kekaryaan di Kota Malang dan sekitarnya bisa semakin berwarna. Terlebih pentigraf kini masih jarang ditemukan di tengah-tengah pecinta karya sastra. Sehingga dengan hadirnya kitab pentigraf 3 berjudul Kunang-Kunang Kota ini Tengsoe beserta penulis lain agar bisa diterima masyarakat dan menjadi semakin populer.      

Berbeda dengan Tengsoe, Yusri dalam pembahasannya lebih pada melihat teknik penceritaan  beberapa pentigraf di dalam buku ini. Beberapa yang disorotinya seperti alur pada pentigraf di buku ini tidaklah harus linier, tetapi bisa jadi melingkar. Yusri pun memberikam contohnya pada pentigraf karya Mas Abi. Dalam pentigraf karya Abi ini menurut Yusri membuatnya enak membacanya terlebih pembaca dibuat tidak jenuh dalam penggambaran cerita dengan teknik alur melingkar ini. “Kalau di luar negeri teknik ini digunakan Samuel Becket dalam karyanya berjudul Menunggu Godot,” ungkapnya.

Nama          : Moh. Fikri Zulfikar

Mahasiswa  : Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM)