image_pdf

Malang. Suasana cair dan penuh antusias hadir kemarin (29/8) di Kuliah Tamu yang diselenggarakan Program Studi Magister dan Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang. Bertempat di gedung AVA E6 Fakultas Satra, para mahasiswa peserta kuliah umum pun antusias ketika Dr. Anas Ahmadi, M.Pd dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memberikan kuliahnya. Terlebih ketika dibahas isu psikologi dan sastra, para peserta pun banyak yang bertanya dan susana akademik pun hadir dalam kuliah umum yang dimulai pukul 08.00 ini.

Dengan tema Penelitian Sastra Perspektif Psikologi Kontemporer, dosen Unesa yang juga alumnus S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UM ini memaparkan beberapa materinya. Mulai dari sastra yang berhubungan dengan psikologi maskulinitas, psikologi indigenous, hingga ekopsikologi. “Memang sejak S1 sampai S3 saya mendalami kajian ini. Sehingga saya berharap adik-adik juga bisa tertarik terlebih kajian ini masih jarang didalami oleh para ilmuan sastra di Indonesia,” ujar Anas.

Selain menerangkan beberapa metode yang bisa digunakan dalam menggarap isu-isu psikologi dan sastra. Anas juga menerangkan bahwa ketika meneliti kajian in para peneliti tidak bisa lepas dari teori-teori yang telah dikemukakan oleh para pakar psikologi itu sendiri.

Sehingga dalam kesempatan ini Anas juga memperkenalkan kepada peserta beberapa tokoh psikolog yang pemikirannya bisa digunakan untuk kajian ini. Diantaranya mulai dari Sigmund Freud dengan psikoanalisisnya, Carl Gustav Jung, hingga Erich Fromm dengan teori kepribadiannya. “Psikogi dan sastra sebenarnya memiliki hubungan yang cukup dekat. Terlebih tidak jarang teori-teori psikologi itu berasal dari sastra,” ungkap dosen muda ini.  

Anas menerangkan seperti teori psikologi yang berkaitan dengan Oedipus Complex contohnya. Teori ini hadir karena terinspirasi dengan cerita Yunani Oedipusrex yang menceritakan tentang seorang anak yang membunuh ayahnya sendiri hingga menikahi ibunya. Dari gejala penyimpangan inilah para psikolog seperti Freud sendiri mengambil istilah gejala psikologi ini dari kisah sastra. “Freud sendiri yang mengakuinya bahwa dia mendapatkan istilah Oedipus Koplek ini dari cerita yang dia baca itu,” terangnya.

Selain itu Anas juga menerangkan beberapa kajian yang bisa digarap dalam ranah psikologi sastra. Seperti sastra yang berhubungan dengan maskulinitas. Dia memberikan contoh karya sastra maupun film yang berhubungan dengan sisi-sisi kelelakian lebih dominan dalam kaitan ini. Yaitu karya yang dianggap memiliki sisi maskulinitas selalu menonjolkan tokoh laki-laki yang selalu kuat. “Seperti Aquaman, Wiro Sableng, hingga Panji Tengkorak ini cukup menunjukkan sisi maskulinitasnya,”  ungkapnya.

Dalam kesempatannya dia juga menerangkan Psikologi Indigenous yang merupakan psikologi asli yang dimiliki oleh orang timur juga seru untuk dikaji. Terlebih kajian ini cukup cocok menggambarkan psikologi masyarakat Asia seperti Indonesia yang terkadang dalam analisisnya tidak cocok menggunakan teori psikologi dari barat. “Kajian psikologi sastra sendiri kini terus berkembang. Semoga materi ini cukup bisa membuka minat para mahasiswa turut mendalaminya,” tegasnya.

Nama                   : Moh. Fikri Zulfikar

Mahasiswa : Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM)