image_pdf

Memasuki era transformasi digital dan dalam menghadapi tuntutan inovasi pendidikan, Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) menggelar Seminar Nasional Penelitian dan Inovasi Pendidikan Dasar (SENPI-DIKDAS) pada Kamis (14/09/2023).

Kegiatan yang bertempat di Aula Lantai 9 Gedung A21 ini dilaksanakan secara hybrid melalui platform Zoom Meeting dengan menghadirkan narasumber yang berasal dari beberapa perguruan tinggi negeri dan berbagai bidang yang relevan. Kegiatan ini juga dihadiri oleh beberapa peserta, meliputi: Pejabat UM, Direktur, mahasiswa Sekolah Pascasarjana dan para kepala sekolah yang berasal dari sekolah-sekolah mitra UM. 

Dr. Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed pembicara terakhir pada sesi SENPI-DIKDAS dan Wakil Direktur Pascasarjana UM Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I.

Mengusung tema utama ‘Tantangan dan Inovasi Pendidikan di Era Metaverse’, Prof. Dr. Fahrurrozi, M.Pd. selaku pembicara utama menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 yang terjadi selama beberapa tahun silam telah banyak memberikan kita warna baru akan transformasi dan penggunaan teknologi digital. Era Metaverse sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1992 dan akan terus berkembang mengikuti perubahan zaman.

Profesor tersebut menggambarkan bahwa aktivitas pelaksanaan pendidikan akan semakin bervariatif. “Kehadiran revolusi industri 4.0 mendatangkan beberapa peran manusia yang digantikan oleh mesin. Ketika Covid-19 datang, memaksa kita menjadi berubah ke era 5.0. Saat era itu, aktivitas pendidikan dirasa sangat penting. Banyak sekali alat dan aplikasi yang bisa mengakomodasi. Ketika dulu kuliah kita hanya dilakukan secara tatap muka atau luring, sekarang kita bisa melakukannya secara daring,” ujarnya.

Guru dituntut untuk menguasai teknologi. Hal ini memaksa guru untuk menggunakan teknologi dalam kegiatan pembelajaran berbentuk pedagogi dan project based learning. Ketika pembelajaran berbasis project, guru harus mengaitkannya dengan pedagogi. Maka dari itu, saat ini pendekatan pedagogi menjadi sesuatu yang sangat penting. 

Kasubdit Pembelajaran Digital Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Dr. Alim Sumarno, M.Pd., juga menjelaskan bahwa pembelajaran pada era transformasi digital ini walaupun cukup kompleks, tetapi juga bisa menjadi potensi capaian yang dapat direkognisi pada Indikator Kinerja Utama (IKU) 7. 

“IKU 7 secara garis besar berisi tentang pembelajaran Project Based Learning (PjBL), selama semua mata kuliah di perguruan tinggi metodenya menggunakan PjBL atau case method, maka itu layak untuk dinilai di IKU 7,”  tegasnya.

Dr. Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed yang menjadi pembicara terakhir pada sesi SENPI-DIKDAS menuturkan bahwa pandemi memaksa kita untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi. Revolusi industri tidak merubah apa yang kita kerjakan, melainkan merubah kita sebagai manusia. 

“Transformasi digital itu berawal dari bisnis. Hal ini tidak terbatas hanya pada teknologi saja, tetapi juga culture. Di era ini, pendidikan harus bertransformasi, bagaikan fase kehidupan pada kupu-kupu yaitu metamorfosis,” tuturnya.

Transformasi adalah perubahan fundamental yang tidak merubah diri kita, melainkan menjadi sebuah peluang besar kita untuk turut berkembang. Kita dapat melihat teknologi bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai tantangan untuk senantiasa berinovasi terutama pada bidang pendidikan. 

Pewarta: Muhammad Daffa Pradana – Internship Humas UM

Editor: Luthfi Maulida Rochmah