image_pdf

Malang- Kajian rutin yang diadakan sebulan sekali oleh Pusat Pengkajian Pancasila (P2P UM) kali ini menghadirkan dua narasumber yang berpengalaman di bidang kearifan lokal, yakni Prof. Ir. Syamsul Arifin, M.Si., Wakil Rektor I UMM dan Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si., Dosen HKN UM. Kajian kali ini berbeda dengan kajian-kajian sebelumnya, dikarenakan pada kajian kali ini sambutan tidak hanya disampaikan oleh Ketua P2P saja, melainkan Wakil Rektor I UM juga turut memberikan sambutannya. Mengangkat tema “Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Kehidupan Multikultural” kajian ini dibagi menjadi dua topik pembahasan yakni mengenai revitalisasi kearifan lokal melalui praktik pembelajaran multikultural di sekolah dan pembahasan mengenai alasan-alasan pentingnya kearifan lokal serta multikultural, Senin (5/8). Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung S4 UM ini berlangsung selama 4 jam, dimulai pada pukul 13.00-16.00 WIB.

 Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto , M.Ed., M.Si., menjelaskan pentingnya pembahasan tema kali ini pada sambutannya.

“Saya kira kajian kalian ini memiliki tema yang cukup penting, mengapa perlu diadakan revitalisasi kearifan lokal? dan mengapa itu perlu dilakukan di lingkungan masyarakat yang heterogen atau majemuk seperti di Indonesia ini?, dengan heterogenitas kita ini, suku, agama, ras, adat istiadat yang berbeda-beda ini sangat rentan sebetulnya untuk terjadinya disintegrasi bangsa”, jelasnya.

Beliau juga menjelaskan agar tidak terjadi disintegrasi bangsa, maka dibutuhkan kearifan lokal untuk mengatasinya. Kearifan lokal yang dipandang sebagai identitas bangsa dan pandangan hidup yang menjelma dan mewujud dalam berbagai bidang kehidupan ini, diantaranya adalah: gotong royong, etos kerja, hemat dan cermat, sopan santun, tidak berlebihan, dan saling menghormati. Hal tersebut dijelaskan oleh Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si., yang menyatakan “Kearifan lokal yang merupakan senjata, pusaka, identitas, dan ideology ini diantaranya adalah: gotong royong, sopan santun, tepa selira, gemi nastiti ati-ati, aji aji mumpung, kesusu mburu apa, mengko ngenteni apa, sregep lan besus, sesadoning adu manis sesamuning samudana, dan isin lan hormat”, terangnya.

Demi mempertahankan kearifan lokal maka diperlukan strategi revitalisasi gerakn kultural yang diantaranya proyek apresiasi budaya, sentra kearifan lokal, dialog kearifan lokal, dan pembelajaran kearifan lokal, tambah Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si.

Pewarta           : Salsabila Indana Zulfa-Internship Humas UM