image_pdf

Proses pemantauan hilal

Situbondo. Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menjadi bagian dari Tim Badan Hisab dan Ru’yah (BHR) dan Lajnah Falakiyah (LJ) Situbondo yang melakukan pemantauan hilal pada (22/5). Di penghujung bulan Ramadhan, tradisi pemantauan hilal selalu dinantikan masyarakat Indonesia. Pasalnya hal ini menjadi penentu 1 Syawal sebagai Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam.

Pemantauan hilal biasanya dilakukan menggunakan metode hisab dan ru’yah. Ru’yah merupakan metode pemantauan menggunakan mata dengan media teropong bintang, benang azimut, maupun gawang lokasi. Sedangkan hisab merupakan metode pemantauan hilal berdasarkan perhitungan matematis astronomi.

Salah satu lokasi pemantauan hilal di Indonesia yaitu Pantai Kalbut Situbondo. Uniknya, kali ini pemantauan hilal di Situbondo menggunakan alat bantu benang azimut. Pemantauan hilal di Pantai Kalbut Situbondo dihadiri langsung oleh Moh. Zainuddin (Ketua PCNU Situbondo), Tim Badan Hisab dan Ru’yah (BHR) Situbondo, Lajnah Falakiyah (LJ) Situbondo, dan beberapa perwakilan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. H. Dadang Wigiarto, S.H (Bupati Situbondo) dan KH Syaiful Muhyi (Ketua Majelis Ulama Indonesia Situbondo) juga mengiringi proses pemantauan hilal melalui komunikasi secara daring karena pandemi Covid-19 di Indonesia.

Mahasiswa S1 Kimia UM, Fawaid Syamsul Arifin juga menjadi salah satu Tim BHR dan LJ Situbondo. Fawaid menjelaskan bahwa pemantauan hilal pada 1441 H ini menggunakan alat bantu benang azimut dengan bantuan data hisab (menggunakan perhitungan matematis) berdasarkan data ephemeris. “Saat ini pihak kami menggunakan alat bantu benang azimut karena hilal berada di bawah ufuk sehingga tidak terlihat. Oleh sebab itu, kami mencoba menggunakan alat tradisional seperti benang azimut ini”, jelasnya.

Pemantauan hilal menggunakan benang azimut juga menjadi sarana edukasi kepada pemuda Situbondo yang sedang belajar hisab ru’yah. Tidak hanya itu, di tengah pandemi covid-19 saat ini penggunaan benang azimut dapat membantu menghemat anggaran pemerintah daerah dibanding menggunakan teropong bintang karena membutuhkan berbagai sarana dan operator.

Hasil pemantauan hilal

Tim BHR dan LJ Situbondo memutuskan bahwa hilal tidak terlihat di Pantai Kalbut Situbondo terlebih hilal kali ini terbenam lebih dahulu daripada matahari. Hilal juga tidak terlihat di lokasi pemantauan seluruh Indonesia sehingga disimpulkan bahwa ramadhan akan istikmal berjumlah 30 hari.

Penulis : Siti Nuradilla – Internship Humas UM