image_pdf

Malang. Kegiatan kekaryaan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) terus berkembang. Tidak hanya melalui karya-karya ilmiah saja, namun karya sastra pun terus pesat dihasilkan dan didiskusikan. Seperti yang dilakukan pada Sabtu malam (23/3) lalu di Kafe Pustaka Perpustakaan UM. Selain dilakukan bedah buku sehimpun puisi berjudul Pemeluk Angin karya Dewi R. Maulidah yang juga alumnus UM jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, juga dilakukan pembacaan puisi dalam kegiatan tersebut.

Sebelum bedah buku dilakukan oleh para pembedah, Dewi sang penulis pun malam itu juga menceritakan terkait proses kreatifnya dalam menulis karya-karya tersebut. Terlebih puisi-puisi yang ia tulis menurutnya adalah beberapa hal yang memang dekat dengan kehidupannya. Mulai dari beberapa pengalaman cinta hingga beberapa tanggapannya terkait realita sosial yang ada di sekitarnya. Namun daripada itu dalam kegiatan kreatifnya pemilihan kata sangatlah menjadi titik poin penting dalam kepenulisannya. Karena menurutnya keindahan kata adalah pembeda antara karya puisi dengan karya lainnya. “Saya menulis apa yang dekat dengan saya, saya ungkapkan dalam puisi-puisi ini,” terang penulis yang karyanya diterbitkan Pelangi Sastra ini.

Sedangkan Firdausya Lana sebagai pembedah dari komunitas Lingkar Studi Filsafat Discourse (LSFD) ini pada bedah buku itu lebih menekankan pada menanggapi gaya dari kepenulisan Dewi. Menurutnya puisi Dewi memliki kekhasan tersendiri dalam konten isi maupun penggarapan struktur puisi itu sendiri. Terlebih beberapa kekhasan itu terlihat pada puisi Dewi yang lebih mengarah pada puisi-puisi klasik.

 Sehingga dengan membaca puisi-puisi Dewi, mengingatkan Firda ketika membaca puisi-puisi melayu seperti karya Amir Hamzah yang memperhatikan rima dan kini sangat jarang ditemukan pada penulis-penulis puisi saat ini. “Keistimewaan puisi-puisinya Dewi ini memperhatikan tipologi puisi. Contohnya puisi berjudul belati. Bentuknya seperti belati menghadap ke bawah,” ujar mahasiswa Pascasarjana jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia ini.        

Tidak hanya itu, beberapa kritikan akan puisi-puisi Dewi pun juga muncul dari pembedah lainnya,  Seperti yang diungkapkan Rozi Kembara penyair dari Kota Malang ini. Menurutnya puisi-puisi karya Dewi adalah sebagai karya ode. Karena di dalamnya beberapapembahasan belum tuntas bagi beberapa bab yang seharusnya harus penulis tuntaskan.  “Seperti pembahasan belum tuntas pada bab gelombang pagi (dalam buku itu),” ungkap Rozi.

Selain dilakukan diskusi bedah buku disertai dengan menceritakan proses kreatif dari penulis buku,  kegiatan bedah buku ini semakin seru kala beberapa pengunjung dan bintang tamu secara bergantian membacakan puisi-puisi indah karya Dewi ini. Seperti yang dilakukan pembacaan puisi dengan melodi yang diiringi grup Kaki Meja ini. Dari pembacaan itu pun para pengunjung selain bisa merasakan langsung energi dari puisi-puisi Dewi, mereka juga menikmati puisi dengan cara-cara berbeda yang disuguhkan malam itu.   

Nama       : Moh. Fikri Zulfikar

Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM)