Perut Begah, Benarkah Sakit Maag?
Share:
Oleh: dr. Ifa Mufida (Dokter Poliklinik Universitas Negeri Malang)
Tak sedikit pasien yang berobat mengeluhkan perutnya terasa begah, atau bahkan diikuti dengan mual dan nyeri perut yang melilit. Populer di kalangan masyarakat, jika mereka mengalami keluhan atau gejala tersebut, maka mereka mendiagnosa diri terkena sakit maag. Padahal, gangguan yang terjadi di sekitar perut dan pencernaan tidak selalu karena maag. Bisa jadi, hal tersebut diakibatkan karena tukak lambung yang kondisinya berbeda dengan maag. Bahkan, ada beberapa kondisi keluhan di pencernaan ternyata justru disebebkan oleh organ di luar pencernaan, seperti serangan jantung.
Maka, adanya keterkaitan gejala ini dengan kemungkinan penyakit yang diderita seseorang mengharuskan masyarakat untuk memperkaya pengetahuan. Harapannya ketika seseorang bisa mengenali gejala yang mereka rasakan, akan menjadikan mereka lebih perhatian terhadap kesehatan sehingga mau untuk segera mencari pengobatan. Meskipun maag dan tukak lambung merupakan penyakit yang berbeda, namun keduanya memiliki hubungan sebab akibat yang erat. Gejalanya memang ada sedikit perbedaan, namun cara pencegahan agar tidak kambuh cenderung sama di antara keduanya.
Maag, di dalam dunia medis sering disebut dengan istilah gastritis. Gastritis merupakan proses inflamasi atau peradangan yang terjadi di dinding lambung, dan hanya terbatas pada lapisan mukosa dan submukoasa lambung. Proses peradangan tersebut disebabkan karena sistem perlindungan mukosa lambung tidak mampu lagi melindungi lambung. Hal ini diakibatkan oleh paparan berbagai zat iritan yang melukai permukaan lambung secara terus-menerus. Gejala yang diarasakan biasanya perut terasa begah yakni terasa kembung pada perut, sering bersendawa, mual bahkan sampai muntah, tidak selera makan, hingga rasa nyeri disertai sensasi terbakar di perut bagian atas.
Kondisi gastritis sedikit berbeda dengan tukak lambung atau yang dikenal sebagai peptic ulcer. Tukak lambung adalah kerusakan pada mukosa lambung yang melibatkan dinding lambung lebih dalam. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peradangan lokal beserta luka di area tersebut. Tukak lambung merupakan proses perjalanan penyakit lanjutan dari sakit maag yang bersifat kronik jika tidak tertangani dengan baik. Peradangan ini bisa disebut tukak jika luka tersebut telah membuat robekan berdiameter ≥ 5 mm mulai dari submukosa hingga otot mukosa dinding lambung.
Jadi perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah terletak pada letak luka pada dinding lambung. Jika pada sakit maag hanya terjadi peradangan pada permukaan terluar dinding lambung. Sedangkan pada tukak lambung, telah terjadi kerusakan yang menyebabkan luka lebih dalam atau hilangnya sebagian dinding lambung. Kondisi tukak lambung bahkan bisa menyebabkan perdarahan yang masif dan akan sangat membahayakan kesehatan seseorang.
Gejala tukak lambung secara umum hampir mirip dengan sakit maag. Namun, sering gejalanya akan timbul lebih parah, dan biasanya terjadi dalam waktu yang lama (kronis). Gejalanya berupa dispepsia yakni sekumpulan gejala yang digambarkan berupa nyeri perut yang hebat, nyeri ulu hati, kembung, mulas, mual dan muntah. Pada beberapa kondisi, tukak lambung menimbulkan gejala berupa muntah darah, atau buang air besar (BAB) hitam pekat seperti petis. Hal ini menjadi pertanda adanya perdarahan di lambung. Sering juga terjadi regurgitasi yakni adanya aliran balik makanan yang sudah masuk ke lambung hingga menimbulkan sensasi panas di kerongkongan dan nyeri di dada. Rasa nyeri di dada ini bahkan sering dipersepsikan dengan serangan jantung karana memiliki gejala hampir mirip. Pada kondisi ini, pasien tertentu semisal pasien dengan usia di atas 40 tahun, merokok dan memiliki faktor resiko metabolik akan diperlukan pemeriksaan rekam jantung untuk menegakkan diagnosa.
Walaupun maag dan tukak lambung adalah penyakit yang berbeda, faktor penyebab keduanya terbilang sama. Maag yang tidak terobati secara benar, dalam waktu lama akan menyebabkan tukak lambung. Pada sakit maag akan terjadi peningkatan produksi asam lambung akibat pola makan yang tidak teratur. Diperparah dengan kebiaasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang bisa mengiritasi asam lambung seperti makanan yang terlalu pedas, berlemak, makanan panas, serta makanan yang menghasilkan gas yang berlebih semisal minuman beralkohol, makanan instan, durian, kubis, nangka, dsb. Konsumsi obat-obatan yang melukai lambung juga menyebabkan gastritis seperti obat anti nyeri, obat anti radang, dan beberapa obat jenis antibiotik.
Kondisi stress psikis dan menejemen stress yang kurang baik juga akan meningkatkan produksi asam lambung. Yang sering luput adalah ketika peptic ulcer disebabkan karena Helycobacter pylori ataupun mikroorganisme lain. Infeksi ini menyebabkan seseorang sudah mendapatkan pengobatan untuk menekan produksi asam lambung dan perubahan pola makan, namun tidak memperbaiki kondisi. Maka diperlukan pemeriksaan lanjutan oleh medis profesional untuk penanganan lebih lanjut. Masyarakat umum diharapkan untuk tidak ragu memeriksakan diri jika mengalami kondisi dan gejala yang mengarah pada peradangan lambung. Harapannya, akan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar-benar sembuh dari penyakitnya. [selesai]