image_pdf
Sumber: freepik.com

[PENDIDIKAN]

Dr. Henry Praherdhiono, S.Si, M.Pd, Ketua Departemen Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang (Kadep TEP UM), dalam sebuah wawancara eksklusif pada tanggal 22 Januari 2024 menekankan peran krusial soft skill and tacit knowledge dalam menghadapi era digital saat ini. Sebagai seorang dosen Teknologi Pendidikan, Dr. Henry menyatakan bahwa soft skill menjadi elemen kunci yang perlu dikelola dengan baik.

Soft skill memiliki persamaan penting dengan Tacit Knowledge. Sebuah pengetahuan yang sangat dibutuhkan oleh para pelajar Indonesia dalam proporsi yang cukup besar,” ungkap Dr. Henry.

Dalam konteks teknologi yang serba digital, Dr. Henry merinci bahwa semua data dan informasi yang termasuk dalam kategori explicit knowledge telah tersedia secara melimpah. Namun, menurutnya, tacit knowledge yang diperoleh dan dikembangkan saat mahasiswa menghadapi kasus nyata atau proyek, memerlukan strategi pembelajaran yang sesuai, seperti pembelajaran berbasis proyek dan kasus.

“Pendekatan yang paling memungkinkan adalah mahasiswa menjadi pusat belajar. Mereka harus mampu mengenali, memahami, hingga mengevaluasi diri sendiri serta dapat mengembangkan kapabilitas, komitmen, dan kemampuan diri mahasiswa lainnya,” jelasnya.

Dr. Henry juga menyoroti peran motivasi eksternal dan internal dalam membentuk soft skill mahasiswa. Dengan melibatkan mahasiswa dalam proyek dan memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi, baik dari segi eksternal maupun internal, diharapkan dapat memberikan dorongan motivasi yang cukup untuk memecahkan kasus dalam proyek dan secara alami membentuk soft skill.

Pada era perkembangan teknologi digital kini, Dr. Henry menekankan pentingnya memanfaatkan dan mengelola teknologi sebagai bagian dari tacit knowledge. Penerapan teknologi digital dalam pembelajaran on line, seperti SPOC dan MOOC, perlu didukung oleh konten yang mampu menyediakan sumber belajar dan aktivitas belajar, sehingga soft skill dapat tumbuh secara efektif.

Menurut Dr. Henry dalam menghadapi tantangan global di dunia pendidikan, pentingnya penghargaan berupa sertifikat dalam berbagai bentuk sebagai penjamin kredibilitas. Upaya meningkatkan soft skill, menurutnya dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat dalam pengembangan prestasi akademik dan non-akademik. Dukungan kebijakan dan penghargaan oleh perguruan tinggi dianggap sebagai kunci dalam membentuk lingkungan belajar yang efektif. 

Menutup wawancara, Dr. Henry Praherdhiono mengajak semua pihak terkait, termasuk pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia industri, untuk bersama-sama membangun lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan soft skill mahasiswa. Dengan demikian, diharapkan lulusan-lulusan yang dihasilkan tidak hanya memiliki kecerdasan akademis, tetapi juga kecerdasan emosional dan sosial yang diperlukan dalam menghadapi dunia kerja yang semakin kompleks. Termasuk program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang kini sedang gencar dijalankan pemerintah, Dr. Henry menegaskan perlunya komitmen berkelanjutan antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pengguna lulusan. Dalam hal ini, MBKM dianggap sebagai sumber data indikator kesesuaian dengan dunia industri.

Wawancara dengan Dr. Henry Praherdhiono ini memberikan pandangan mendalam mengenai pentingnya pengembangan soft skill atau tacit knowledge yang merupakan kecerdasan mahasiswa yang orisinal. Maka dengan komitmen bersama, diharapkan mahasiswa dapat tumbuh sebagai individu yang mampu beradaptasi dan memberikan kontribusi positif dalam era perubahan yang cepat ini untuk kemajuan Pendidikan Indonesia. “Soft skill adalah kecerdasan orisinal manusia yang tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan. Kemampuan menjawab soal akademis masih dimungkinkan sama, namun kemampuan mahasiswa menentukan jalan hidupnya yang insyaAllah sukses, tidak pernah sama. Inilah soft skill or tacit knowledge,” tutupnya dengan penuh keyakinan.

Pewarta: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM