Inovasi NAPAL UM: Makan Siang Sehat dan Praktis dengan Lauk Khas Nusantara
Share:
Share:
Padatnya jam kerja di beberapa lapangan kerja di Indonesia sering menyebabkan kesulitan bagi pekerja untuk menikmati makan siang dengan layak. Banyak pekerja harus berlarian dengan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, sehingga waktu makan siang menjadi sangat terbatas. Bahkan, beberapa pekerja terpaksa makan di meja kerja atau memilih makanan cepat saji yang kurang sehat demi menghemat waktu. Kondisi ini berdampak negatif pada kesehatan mereka, karena pola makan yang terganggu dan kualitas makanan yang buruk.
Menanggapi situasi ini, Universitas Negeri Malang (UM), sebagai institusi pendidikan yang berkomitmen terhadap inovasi dan pengabdian masyarakat, memperkenalkan solusi cerdas yang bernama NAPAL atau Nasi Kepal dengan isian lauk khas nusantara. Inovasi yang diusulkan oleh Ocha Tarra Earlya Roedy, sivitas akademika UM ini tidak hanya menawarkan kemudahan konsumsi, tetapi juga menawarkan makanan yang kaya nutrisi seimbang yang sesuai untuk mendukung aktivitas harian para pekerja.
Inovasi ini pertama kali dikenalkan kepada masyarakat Desa Sumber Waras pada Sabtu (20/07/2024). NAPAL diciptakan sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat akan alternatif makan siang yang cepat saji namun tetap memenuhi standar kesehatan. Dengan mengusung konsep makanan kepal, Ocha dan tim berusaha mengintegrasikan berbagai macam lauk pauk khas Nusantara yang tidak hanya lezat tapi juga bergizi.
Lauk-lauk tersebut diolah dengan metode yang memastikan semua nutrisi tetap terjaga, memberikan energi yang cukup untuk melanjutkan aktivitas tanpa mengorbankan waktu istirahat yang singkat. “Proses pembuatan NAPAL dimulai dari pemilihan beras yang berkualitas. Beras tersebut kemudian dimasak hingga teksturnya sempurna untuk dikepal. Setelah itu, isian lauk seperti rendang, sambal goreng ati, atau gudeg, yang telah dimasak terpisah, ditambahkan. Komposisi nasi dan lauk disesuaikan untuk menciptakan keseimbangan rasa dan nutrisi. Setiap nasi kepal dibungkus menggunakan daun pisang, yang tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus alami tetapi juga menambah aroma khas yang appetizing,” terang Ocha.
Pengolahan NAPAL ini juga menerapkan poin dari Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 tengtang kesehatan dan kesejahteraan yang baik, nomor 11 tentang kota dan komunitas yang berkelanjutan, dan nomor 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,” imbuhnya. Penggunaan bahan-bahan lokal dan teknik memasak tradisional dalam pembuatan NAPAL tidak hanya membantu mempertahankan warisan kuliner Indonesia, tetapi juga mendorong ekonomi lokal dengan menggunakan produk-produk dari petani dan produsen lokal di Desa Sumber Waras.
Inisiatif ini juga sejalan dengan upaya pengurangan sampah plastik, karena pembungkusnya yang alami dan biodegradable. “Respons dari masyarakat Desa Sumber Waras sangat positif. mereka mengatakan bahwa NAPAL tidak hanya praktis dan lezat tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk menikmati makanan tradisional dengan cara yang baru dan lebih sehat,” ungkap Ocha. Sebagai langkah untuk menjamin keberlanjutan NAPAL sebagai produk usaha, maka pemasaran NAPAL dilakukan melalui berbagai relasi.
Selain dijual langsung di lokasi kerja, NAPAL juga ditawarkan melalui media sosial dan aplikasi jasa pengiriman makanan. Para masyarakat Desa Sumber Waras, diberikan latihan secara lengkap oleh Ocha dan tim tentang proses pengolahan, pengemasan yang ramah lingkungan, hingga pemasaran dengan memanfaatkan media sosial untuk promosi, yang dapat meningkatkan visibilitas produk mereka di pasar yang lebih luas.
Dengan mengkombinasikan konsep antara makanan tradisional dan kebutuhan modern akan makan siang yang praktis dan sehat, UM melalui NAPAL semakin mengokohkan komitmennya dalam menemukan inovasi yang bermanfaat terhadap kebutuhan masyarakat.
Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah – Mahasiswa UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – UM Public Relations