Instrumen BAPL: Inovasi Mahasiswa UM Tingkatkan Belajar Fisika Siswa
Share:
Share:
Poor – Tsania Nur Diyana, M.Pd, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) prodi S3 Pendidikan Fisika, berhasil meraih gelar doktor setelah melewati sidang disertasi pada Jumat (20/12/2024). Disertasinya yang berjudul “Instrumen Belief and Attitude Toward Physics and Learning (BAPL): Pengembangan dan Validasi” menghadirkan instrumen inovatif untuk mengukur belief and attitude siswa terhadap fisika. Instrumen ini berfokus pada dua dimensi utama: penguasaan konsep dan pemecahan masalah.
“Perjalanan menyelesaikan disertasi ini penuh tantangan, tapi sangat bermakna,” ungkap Tsania. Ia menjelaskan bahwa proses penelitian melibatkan pengembangan konstruk, pengujian validasi menggunakan metode seperti Structural Equation Modeling (SEM) dan Rasch, hingga pengumpulan data dari responden skala besar. “Setiap tahap membutuhkan ketelitian luar biasa, terutama dalam memastikan bahwa item instrumen merepresentasikan konstruk teoritis yang ditentukan,” tambahnya.
Inspirasi disertasi ini muncul dari pengamatan Tsania terhadap siswa yang potensial tetapi kesulitan belajar fisika. “Belajar fisika bukan hanya soal memahami materi, tetapi juga memaknai aktivitas belajar. Sayangnya, instrumen yang ada belum mencerminkan hakikat belajar fisika secara holistik,” jelasnya.
Instrumen BAPL yang dikembangkan Tsania dirancang menggunakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dan Rasch untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya. Instrumen BAPL memiliki dua dimensi utama, pertama Belief dan attitude terhadap pemecahan masalah – Menekankan pendekatan siswa dalam menyelesaikan masalah fisika serta minat terhadap aktivitas tersebut.
Kedua, Belief dan attitude terhadap penguasaan konsep – Meliputi persepsi siswa tentang hubungan fisika dengan kehidupan nyata dan usaha memahami konsep. Penelitian ini menemukan bahwa belief siswa terhadap relevansi fisika dengan kehidupan sehari-hari memiliki korelasi kuat dengan minat mereka dalam menyelesaikan masalah. “Hal ini menunjukkan pentingnya pembelajaran berbasis konteks kehidupan nyata untuk meningkatkan sikap positif siswa terhadap fisika,” tambah Tsania.
“Hal baru dari BAPL adalah fokus pada dua dimensi tersebut, dengan struktur item yang lebih terarah, validitas dan reliabilitas tinggi, serta penggunaan skala Likert untuk interpretasi respons yang lebih jelas,” jelas Tsania yang kini juga menjadi dosen UNY kepada Tim Humas UM.
Menurut Tsania, salah satu temuan menarik dari penelitiannya adalah adanya korelasi kuat antara keyakinan siswa terhadap relevansi fisika dalam kehidupan sehari-hari dengan minat mereka menyelesaikan masalah. “Ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis konteks kehidupan nyata mampu meningkatkan minat dan sikap positif terhadap fisika,” tambahnya.
Penelitian ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4, yaitu memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata. Tsania berharap hasil penelitiannya dapat mendukung peningkatan kualitas pembelajaran fisika di Indonesia.
Ia juga berbagi motivasinya untuk terus belajar. “Jangan takut bermimpi. Pilihlah topik yang benar-benar diminati, karena itu sumber motivasi terbesar,” pesannya. Tsania mengungkapkan bahwa dukungan keluarga, pembimbing, dan rekan sejawat menjadi kekuatan baginya untuk menyelesaikan pendidikan doktoral, meski harus bolak-balik Yogyakarta-Malang selama penelitian.
Pewarta: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM