image_pdf
Ahmad Zainul Hikam saat berfoto di Pantai Nirwana, Kota Padang

Ahmad Zainul Hikam, seorang mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM) yang akrab disapa Zain ini tak pernah menyangka bahwa sebuah video TikTok akan mengubah jalan hidupnya. Video tersebut memperkenalkan Zain, pada Program Mahasiswa Merdeka (PMM) yang merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Dengan penuh semangat dan antusias, Zain mengikuti program tersebut. 

“Saya pertama kali mengetahui PMM melalui media sosial, khususnya TikTok. Saat melihat beranda, muncul video yang membahas program MBKM-PMM ini. Merasa tertarik, saya langsung mengikuti akun Instagram resmi PMM dan berharap program ini segera dibuka,” cerita Zain kepada Tim Humas UM pada Selasa, (16/7).

Perlu diketahui bahwa PMM merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang sejalan dengan tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) pada poin keempat, yaitu pendidikan bermutu. Dalam hal ini, UM juga berperan penting dalam mendukung penuh mahasiswa mengikuti program-program MBKM, termasuk PMM melalui bimbingan dan fasilitas yang memadai.

Keingintahuan untuk merasakan pengalaman baru mendorongnya tertarik bergabung dengan PMM. “Alasan pertama mengikuti PMM sebenarnya sederhana, yaitu ingin merasakan bagaimana rasanya naik pesawat,” kenangnya dengan senyum. 

Namun, setelah mencari tahu lebih jauh, Zain menyadari bahwa PMM menawarkan banyak manfaat lain. “Saya dapat merasakan proses pembelajaran di kampus penerima, mempelajari budaya setempat dan bertemu mahasiswa dari seluruh Nusantara,” tambahnya.

Mengikuti PMM bukanlah perjalanan yang mudah, terdapat tahapan seleksi yang harus dilalui. “Proses seleksi cukup panjang dan bertahap, membutuhkan kesabaran dan ketekunan,” kata mahasiswa UM asal Situbondo itu. 

Berbekal tekad kuat serta rekomendasi dari UM, Zain berhasil melalui setiap tahap seleksi dengan lancar. “Sebelum melakukan pendaftaran PMM, tak lupa saya konsultasi dengan pihak Departemen Sejarah untuk mempersiapkan proses seleksi PMM, termasuk konversi mata kuliah agar mempermudah proses administrasi nantinya,” paparnya.

Sementara itu, Zain juga mepaparkan alasan memilih Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai kampus tujuan PMM. “Alasan saya memilih UNP sebagai kampus tujuan PMM tak lepas dari saran akademik Sekretaris Departemen Sejarah, Bapak Arif Subekti, S.Pd., M.A. yang menyatakan bahwa desain kurikulum antara UM dengan UNP tidak jauh berbeda. Selain itu, UNP juga membuka akses sajian mata kuliah setiap semester pada laman resminya sehingga saya mantap memilih UNP sebagai kampus tujuan PMM,” ujar Zain. 

Benar saja, ketekunan Zain dalam mempersiapkan tahapan seleksi PMM berbuah manis. Saat membuka pengumuman, Zain dinyatakan lolos menjadi mahasiswa PMM di UNP. ”Saya merasa senang sekaligus bersyukur saat mengetahui bahwa saya lolos seleksi dan resmi menjadi peserta PMM 2024 di UNP. Usaha saya dalam mempersiapkan serangkaian proses seleksi menjadi tidak sia-sia,” ungkap Zain penuh rasa syukur. 

Sesampainya di UNP, Zain mengaku merasakan suasana alam dan budaya yang berbeda. “Sumatera Barat memiliki keindahan alam dan kekayaan budaya. Kampus UNP yang modern dan tertata rapi ini langsung memikat hati saya saat pertama kali menginjakkan kaki,” ujarnya memancarkan kebahagiaan. 

Ahmad Zainul Hikam saat berfoto di Museum Adityawarman

Selama periode PMM berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2024, Zain aktif dalam Kabinet Integritas, sebuah organisasi yang menaungi mahasiswa PMM dengan berbagai program kerja di dalamnya. “Kabinet Integritas memiliki berbagai program kerja, seperti Festival Budaya, Kartini Nusantara dan Semalam Takbir Keliling yang memberi kesempatan kami untuk mengasah kemampuan kerja sama dan tanggung jawab,” jelasnya.

Salah satu bagian paling berkesan saat PMM di UNP bagi Zain adalah Modul Nusantara, khususnya mengenai “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. “Modul Nusantara memberi kesempatan bagi kami (mahasiswa PMM) memahami lebih dalam filosofi masyarakat Minangkabau yang mengintegrasikan adat dengan agama. Filosofi tersebut memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual,” papar Zain.

“Tak hanya itu, kami juga berkesempatan mempelajari adat, kesenian dan tradisi Minangkabau, seperti: tradisi Limau Baronggeh, seni bela diri Silek Lanyah, kemudian berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung, Museum Adityawarman dan Desa Wisata Kubu Gadang,” sambungnya.

Ahmad Zainul Hikam (tiga dari kiri) saat menjalani praktik bela diri tradisional

Bagi Zain, pengalaman mengikuti PMM memberikan banyak manfaat baik akademik maupun non-akademik. “Dari segi akademik, saya merasakan langsung proses perkuliahan di UNP. Secara finansial, biaya hidup yang didapat selama PMM juga sangat membantu,” ungkapnya. 

Berkat PMM, Zain dapat bertukar pikiran dan hidup berdampingan dengan mahasiswa dari berbagai daerah di asrama kampus, sungguh pengalaman yang ia sebut sangat berharga. “Kebersamaan dengan mahasiswa seluruh Nusantara dan berbagi pengalaman hidup di asrama adalah pengalaman yang tidak ternilai. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak akan pernah saya dapatkan jika tidak mengikuti PMM,” kata Zain dengan penuh rasa syukur.

Ahmad Zainul Hikam (duduk dua dari kiri) saat mengikuti Modul Nusantara Kebhinekaan di Desa Wisata Kubu Gadang

Cerita Ahmad Zainul Hikam ini adalah bukti nyata bahwa pendidikan berkualitas dan pengalaman hidup yang kaya bisa dicapai dengan semangat dan dukungan dari berbagai pihak. PMM menggerakkan mahasiswa seluruh Indonesia untuk menjelajahi alam dan melakukan eksplorasi terhadap kekayaan budaya di Nusantara. Dengan dukungan UM dan perantara program PMM, Zain telah membuktikan bahwa impian dapat terwujud dengan ketekunan belajar dan tekad yang kuat.

Pewarta: Paundra Wangsa Fajar Kusuma – Internship Humas UM

Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – UM Public Relations