image_pdf
Farika (berdiri tiga dari kanan) bersama teman sesama MBKM dengan siswa siswi SDI Sunan Ampel

Kemendikbudristek pada tahun 2020 meluncurkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang merupakan sebuah langkah transformasi pendidikan tinggi di Indonesia. Melalui program MBKM ini, para mahasiswa diharapkan mampu menjadi lulusan yang berdaya saing tinggi, baik dari aspek keterampilan teknis maupun non-teknis. Universitas Negeri Malang (UM) sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) berkomitmen untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), sehingga UM terus mendorong para mahasiswanya untuk aktif dalam program MBKM tersebut.

Salah satu mahasiswa yang mengikuti program MBKM tersebut ialah Farika Riskiyah. Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2021 mengaku tertarik dengan program ini karena sesuai dengan bidang studinya

“Saya memilih Kampus Mengajar karena sejalan dengan rumpun pendidikan saya. Saya juga melakukan analisis dan penelitian melalui kakak tingkat yang telah mengikuti program ini,” ungkapnya dalam wawancara dengan tim Humas UM pada Rabu (17/07).

Hasil analisis Farikha tersebut yaitu Kemendikbud memberikan peluang besar bagi mahasiswa pendidikan untuk mengaplikasikan materi kuliah. Maka dari itu, Farika mengikuti program Kampus Mengajar dengan penuh keyakinan. Ia pun mengakui bahwa proses seleksi program ini lebih mudah dibandingkan dengan program MBKM lainnya.

“Proses seleksinya lebih mudah, hanya melengkapi administrasi dan melakukan tes literasi serta numerasi. Mungkin juga karena UM adalah kampus pendidikan terbaik, jadi peluang lolosnya lebih besar,” paparnya.

Setelah dinyatakan lolos seleksi dan ditempatkan di SDI Sunan Ampel, Farika mendapat ilmu dan pengalaman baru. Menurut Farika, ilmu yang diperoleh di bangku kuliah berbeda ketika diterapkan di lapangan

“Mengajar secara langsung tidak semudah microteaching di kelas. Teori yang didapat lebih kompleks saat diterapkan di lapangan, hasilnya pun berbeda. Tapi karena itu, saya belajar banyak hal,” ujarnya sambil tertawa.

Dalam mengajar, Farika saling berbagi pengalaman bersama siswa dengan berbagai latar belakang. Salah satu pengalaman yang berkesan adalah ketika mengajar Pendidikan Agama Islam di kelas enam. “Ada seorang murid yang bertanya, ‘Bu, ayah saya berjudi, berarti ayah saya berdosa ya, Bu?’ Saya langsung merasa tersentuh karena anak sekecil itu sudah memikirkan perbuatan orang tuanya,” jelasnya.

Ditempatkan di sekolah dengan akreditasi rendah untuk meningkatkan kualitas literasi dan numerasi menjadi tantangan bagi Farika. Bersama teman-temannya, ia menciptakan berbagai program kerja seperti membaca nyaring, privat class literasi dan numerasi, trilingual class, movie study, dan alat membaca digital. Setelah enam bulan, mereka berhasil meningkatkan kualitas literasi dan numerasi siswa.

Meski sibuk dengan program MBKM, Farika tetap berprestasi di kancah internasional. Ia berhasil meraih medali emas dalam International Education Competition di University of Malaya, Malaysia dan juara 3 Mahasiswa Berprestasi UM. Di akhir wawancara, Farika menyampaikan pesan mengenai program MBKM. “Semoga program Kampus Mengajar ini terus dilaksanakan dan dapat membawa dampak baik bagi sekolah, mahasiswa, dan kampus. Terus semangat untuk berproses dan mengabdi di mana pun berada. Mengabdi sementara, berdampak selamanya,” pungkasnya.

Pewarta: Inayah Amalia Taufani – Internship Humas UM

Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM