Program PMM: Peluang Bagi Mahasiswa UM Perluas Wawasan Budaya
Share:
Share:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menggelar Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang memasuki angkatan keempat. Program PMM memiliki tujuan untuk mengenalkan dan memperkaya wawasan budaya mahasiswa sekaligus mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi di Indonesia dan memperkuat persatuan dalam keberagaman. Arda Purnama Putra, S.Pd, M.Pd, penanggung jawab program PMM di Universitas Negeri Malang (UM), berbagi tentang detail program ini dalam wawancara eksklusif bersama Tim Humas UM.
“Pertukaran Mahasiswa Merdeka merupakan program tahunan yang bertujuan untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa. Mahasiswa harus bertukar ke universitas di pulau yang berbeda dari universitas asalnya dan belajar budaya setempat melalui Modul Nusantara,” jelas Arda.
Mahasiswa yang akan mengikuti pendaftaran Program PMM 4 ini, mahasiswa harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: mahasiswa aktif jenjang vokasi atau akademik, minimal semester tiga, memiliki IPK minimal 2,8, dan warga negara Indonesia dengan menambahkan NIK. Mahasiswa juga harus menyetujui klausul Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dan melampirkan berbagai dokumen pendukung seperti transkrip akademik, KTP dan surat keterangan sehat.
Arda juga menjelaskan bahwa proses seleksi dimulai dengan pendaftaran melalui sistem PMM Kemendikbud. “Mahasiswa yang mendaftar akan melengkapi berkas persyaratan yang kemudian diverifikasi oleh koordinator PT pengirim. Mahasiswa dapat memilih tujuh universitas tujuan dan mengikuti survei kebhinekaan-VCAT sebagai dasar seleksi,” tambahnya.
Peserta Program PMM ini akan mendapatkan berbagai keuntungan. Mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengalaman belajar di universitas tujuan, tetapi juga mampu memperluas relasi pertemanan dengan mahasiswa yang sedang belajar di universitas tujuan. Melalui Modul Nusantara, mereka akan mengenal budaya setempat melalui kunjungan ke tempat wisata, bertemu tokoh masyarakat, dan mempelajari kuliner serta kesenian khas daerah tersebut. Selain itu, mahasiswa juga akan mendapat konversi mata kuliah yang setara di universitas asal mereka.
Sementara itu, Modul Nusantara adalah rangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang kebhinekaan, inspirasi, refleksi dan kontribusi sosial yang didesain melalui pembimbingan oleh dosen modul nusantara.
Namun, proses berjalannya program ini tidak terlepas dari tantangan. “Perbedaan kalender akademik antara kampus pengirim dan penerima bisa menjadi kendala, karena bisa menyebabkan keterlambatan penginputan nilai mahasiswa yang bertukar,” ungkap Arda. Dengan demikian untuk mengatasi hal ini, batas waktu penginputan nilai bagi mahasiswa yang mengikuti PMM diperpanjang.
Dalam pelaksanaan program PMM, mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih mata kuliah di universitas tujuan, termasuk lintas prodi dan fakultas. “Kebebasan ini tetap dibarengi dengan arahan dari Kaprodi di universitas asal untuk memastikan kesesuaian dengan kurikulum prodi,” jelas Arda. Disetiap universitas penerima memiliki koordinator yang mengkoordinir seluruh kegiatan, mulai dari penjemputan hingga pemulangan mahasiswa.
Disamping itu sebagai upaya untuk pengawasan proses berjalannya Program PMM, mahasiswa diwajibkan melaporkan logbook aktivitas kegiatan beserta bukti foto dan mempublikasikan kegiatan Modul Nusantara yang diposting di media sosial. Arda juga menegaskan bahwa program PMM ini bukan hanya formalitas, tetapi bertujuan memberikan dampak nyata bagi mahasiswa. “Dengan adanya pelaporan bulanan yang diverifikasi oleh dosen modul nusantara serta koordinator PMM, kami memastikan pelaksanaan program ini berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi mahasiswa,” tutup Kasubdit Mobilitas dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Direktorat Pendidikan UM itu.
Pewarta: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM