image_pdf

Prof. Dr. Dedi Kuswandi, M.Pd

Guru Besar Bidang Ilmu Model dan Strategi Pembelajaran

Teknologi Pendidikan (TP) memfokuskan kajiannya pada pemecahan permasalahan belajar dan pembelajaran, dengan cara merancang, mengkreasi, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber daya belajar untuk mempermudah dan meningkatkan performa belajar. Sebagai disiplin ilmu TP memiliki pendekatan yang logis, sistematis, dan ilmiah dalam memecahkan masalah belajar dan pembelajaran. Sebagai bidang garapan TP memiliki prinsip-prinsip, kaidah, dan pedoman praktis untuk diterapkan melalui kegiatan pendidikan, belajar, dan pembelajaran.   Hal ini sesuai pernyataan AECT (Association of Education and Communication Technology) tahun 2018 melalui laman aect.org sebagai berikut:  “Educational technology is the study and ethical application of theory, research, and best practices to advance knowledge as well as mediate and improve learning and performance through the strategic design, management and implementation of learning and instructional processes and resources.”

Salah satu aplikasi keilmuan dan bidang Garapan TP adalah dalam hal merancang, mengkreasi, menggunakan, dan mengelola model dan strategi pembelajaran berbasis kearifan lokal kekinian. Kekinian yang dimaksud adalah yang sesuai, menyesuaikan diri, dan responsif terhadap penggunaan dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi, komunikasi (TIK), dan digital di era yang cepat berubah (disrupsi) dan berkembang pesat.  Hal ini didasarkan optimisme, bahwa TP mampu menyinergikan kekayaan kearifan lokal hasil pemikiran tokoh-tokoh pendidikan nasional Indonesia  dengan konsep belajar, model, strategi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Abad 21. Salah satunya, sinergi metode TRINGO (Ngerti, Ngrasa, Nglakoni) dari Ki Hadjar Dewantara (KHD) sebagai kearifan lokal dengan konsep dan metode belajar-pembelajaran kekinian. Penelitian yang telah  dilakukan membuktikan hal-hal berikut.

TRINGO dapat meningkatan keterampilan guru dalam penggunaan teknologi (Kuswandi dkk., 2020); Melalui pendekatan pelatihan dan pendampingan kolaboratif berlandaskan TRINGO mampu mengkonstruksi pemahaman guru dalam menguasai literasi digital (Kuswandi dkk, 2020). TRINGO mampu membangun kemampuan literasi berbasis digital bagi guru-guru (Kuswandi dkk, 2021); TRINGO dapat dikonseptualisasikan konstruksi elaborasi pemecahan masalah pembelajaran digital (Thaariq, Kuswandi, dkk, 2021);  TRINGO dapat dikembangkan dalam strategi pembelajaran berbasis Just-in-Time Teaching (JiTT) menggunakan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa (Diana, Kuswandi, dkk., 2021);   TRINGO dapat diaplikasikan dalam desain pembelajaran multiliterasi (Nafi’a, Kuswandi, dkk., 2022); Meningkatkan pengalaman belajar yang lebih berwawasan dan bermakna bagi siswa (Az-Zahroh dkk., 2019); Mampu mengembangkan kecakapan hidup siswa (Wijayanti & Ernawati, 2021); TRINGO mampu mengkonstruksi pemahaman matematika berbasis budaya melalui etnomatematika yang didesain menggunakan pengembangan Augmented Reality sebagai inovasi teknologi masa kini (Az-Zahroh dkk, 2019).

 Sinergi kearifan lokal dengan konsep-metode belajar-pembelajaran mutakhir berbasis teknologi Abad 21 hendaknya dapat terus diupayakan dan dikaji secara berkesinambungan dengan tetap memperhatikan kaidah berikut. (1) pebelajar harus menjadi pusat dari apa yang terjadi dalam pembelajaran; (2) guru/pendidik/pembelajar harus memerankan diri lebih sebagai motivator dan fasilitator belajar; (3) belajar adalah praktik sosial dan tidak bisa terjadi dengan sendirinya; (4) pembinaan emosional dan karakter mulia adalah bagian integral dari pembelajaran; (5) karakteristik pebelajar yang berbeda dan lingkungan belajar-pembelajaran inovatif berbeda semestinya mencerminkan dan memberikan berbagai pengalaman belajar bagi Si belajar; (6) pebelajar perlu mengalami keberhasilan akademik dan dapat terus distimulasi untuk memperoleh tantangan penyelidikan dan penemuan secara konstruktif; (7)      penilaian seharusnya untuk pembelajaran, bukan dari pembelajaran itu sendiri; (8) pembelajaran perlu dihubungkan secara lintas disiplin dan menjangkau dunia nyata; (9) tujuan pembelajaran tidak saja mengenai pencapaian hasil belajar keefektifan dalam mencapai target kurikulum tetapi juga mencapai tingkat efesiensi dan daya tarik pembelajaran; (10) pembelajaran selalu mengupayakan penggunaan dan pemanfaatan media, teknologi, dan sumber daya belajar yang  up to date secara serasi, selaras, harmonis, dan seimbang.