image_pdf
Dahlan Iskan Membagi Pengalaman Strategi Komersialisasi Hasil Inovasi di UM

Bulan Juli ini, UM kedatangan Prof. Dr. (HC) Dahlan Iskan, seorang pengusaha yang tersohor di bidang media, Direktur PLN periode 2009-2011, dan pernah menjabat sebagai Menteri BUMN periode 2011-2014. Kedatangan Pak Dahlan-begitu biasa ia disapa, membawa agenda untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang praktisi dalam pengelolaan dan pemasaran hasil inovasi di lingkup perguruan tinggi. 

Seminar yang bertajuk “Strategi Komersialisasi Hasil Inovasi Perguruan Tinggi” diselenggarakan pada Senin (10/07) secara luring bertempat di Aula Lantai 9 Gedung Rektorat Universitas Negeri Malang dengan dihadiri oleh Wakil Rektor III UM, Dr. Ahmad Munjin Nasih, M.Ag dan beberapa Dosen serta mahasiswa dari berbagai fakultas. Kegiatan seminar ini bertujuan untuk saling bertukar pengalaman antara Pak Dahlan dengan peserta seminar khususnya dalam strategi inovasi untuk hasil penelitian yang memang hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sivitas akademika di lingkungan UM. 

Selama lebih dari dua jam, Pak Dahlan menganalisis dari sudut pandang strategi bisnis dan pemasaran dari berbagai hasil riset yang telah dipresentasikan oleh peserta, khususnya penelitian terapan dan pengembangan yang luarannya berbasis produk. Mengutip pernyataan Pak Dahlan pada sesi materi, “Bagaimana research bisa diaplikasikan di masyarakat? Antara research dan aplikasi harus ada pendorongnya dan tahu pasarnya kemana dan di mana,” tutur Pak Dahlan mengawali paparan materinya. Kunci dari keberhasilan strategi yang dirancang adalah dengan mengenal baik hasil penelitian yang akan dikomersialisasikan. Dengan begitu, dapat diproyeksikan langkah-langkah yang harus diambil untuk distribusi hasil penelitian dengan optimal.

Pak Dahlan juga menyampaikan bahwa “Universitas harus tahu bagaimana membuat para penemu tidak hanya bangga, melainkan ada arti (value) untuk dirinya. Kecenderungan duniawi memang berubah. Zaman penjajahan dahulu yang penting adalah what it mean to us, tapi di zaman seperti ini kalah dengan what it means to me. Hal tersebut menjadi pendorong hingga disebut kapitalisme yang bisa maju karena ada insentif pribadi untuk kemajuan pribadi masing-masing. Penemu di UM akan mendapatkan saham berapa persen dalam perusahaan yang akan mengaplikasikan penemuan ini. Para penemu jangan hanya menemukan sesuatu, tapi juga harus berpikir apakah ada nilai ekonominya atau tidak dan bisa dilaksanakan atau tidak” jelas mantan menteri BUMN  itu.

Dalam sesi ini, peserta juga nampak antusias berdiskusi dengan Pak Dahlan dengan harapan hasil-hasil riset tersebut tidak hanya berhenti pada publikasi ilmiah semata, namun dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Selain menjabarkan materi terkait strategi inovasi, Pak Dahlan juga mengingatkan dalam ceramahnya bahwa “Universitas juga perlu untuk menggali ilmu dari berbagai praktisi baik dalam maupun luar negeri terkait strategi mendapatkan hak paten atas inovasi yang dihasilkan. Paten ini penting agar ketika hasil riset diwujudkan dalam sebuah bisnis, sudah ada daya tariknya bagi investor dan calon konsumen. Selain paten, perlu juga memiliki saham dari unit bisnis yang dimiliki. Sehingga, para dosen dan mahasiswa ini semakin terdorong untuk terus berinovasi mengembangkan temuan dan bisnisnya secara berkesinambungan”, pungkasnya di sesi penutup presentasi. 

Senada dengan pernyataan Pak Dahlan, Wakil Rektor III Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi, Dr. Ahmad Munjin Nasih, M.Ag,  menyampaikan dalam pidato pembukaan bahwa tantangan bagi perguruan tinggi selama ini adalah mengurangi kemandeg-an dalam mengonversi hasil-hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat agar memiliki nilai bisnis (komersialisasi). Tak ayal, hasil riset hanya dapat ‘dikonsumsi’ oleh komunitas akademik tertentu, belum sampai dimanfaatkan oleh masyarakat atau industri. 

Pada kesempatan terakhir, Pak Dahlan berpesan kepada peserta untuk fokus menemukan dan  meningkatkan value diri serta mengetahui arah temuan penelitian nanti akan ke mana dan untuk apa, sehingga, dapat memetakan strategi bisnis apa yang cocok dengan produk inovasi tersebut. “Yang penting untuk saat ini adalah Anda melakukan apa untuk Anda dulu, karena kalau Anda nggak mikir diri Anda, Anda akan jadi beban bangsa,” pungkas CEO Jawa Pos tersebut.

Pewarta: Nahdiatul Affandiah-Internship Humas UM
Editor : Megasari Noer Fatanti, S.I.Kom, M.I.Kom