image_pdf

120 busana ready to wear dipamerkan dengan megah pada Grand Show 2023 yang didalangi oleh mahasiswa S1 Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Malang (UM). Sebanyak 60 desainer muda mahasiswa UM berpartisipasi untuk menyajikan panggung fashion show mewah dengan koreografi dari Agoeng Soedir Potra dan musik milik Joe Enderson. Diperagakan oleh 30 model profesional, Grand Show yang bertajuk “MULTIVERSE” ini sukses digelar di Gedung Graha Cakrawala UM pada Kamis (26/10).

Terdapat 17 kategori juara pada Grand Show kali ini, dengan pembagian sebagai berikut; kategori terbaik pada setiap kelompok, dimana dari Tim Dystrich diraih oleh Alifah Lubis, dari Tim Ascender diraih oleh Tria Agata, dari Tim Allegiance diraih oleh Hana Sajida, dari Tim Graceland dari oleh Rahma Nisa Nurfadila, dari Tim Derevenskiy diraih oleh Elsi Hayuning Trias, dari Tim Feliticent diraih oleh Tarisa Ayu, dari Tim Demiurgic diraih oleh Tarisza Febiani, dan dari Tim Convalescene diraih oleh Anif Fatma Yunika. 

Untuk kategori Best Team diraih oleh Allegiance, Best Exhibition diraih oleh Tim Ascender, Best Creative Fabric diraih oleh Jovika Rizky Nayoan, Best Design diraih oleh Delarosa Adya Firnanda, Best Portofolio Concept diraih oleh Sekartyas Raras Widya Efendi, Best Modest Wear diraih oleh Wo Ode Oktaviana, Best Ready to Wear diraih oleh Ruzma Rientina, dan Best Ethnic diraih oleh Diana Puspa. 

Terakhir, kategori yang paling bergengsi yakni Best of the Best dari seluruh kategori diraih oleh Qonita Ghefira dari kelompok Allegience dari NTT dengan tenun dan benang merah dari smoke. 

“Saya tidak menyangka dan tidak berani berharap, soalnya tadi saya melihat punya teman-teman juga bagus-bagus semua. Tapi alhamdulillah usaha tidak menghianati hasil. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan menginspirasi karya saya,” tutur Qonita. 

Rektor UM, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., yang juga turut hadir dan memberikan sambutan berpendapat bahwa para desainer muda ini selain harus diberi apresiasi dan pujian, mereka juga perlu mendapat kritik dan saran, khususnya dari fashion people kota Malang demi perkembangan yang lebih baik.

“Melihat dari tema yang diambil, perbedaan itu bukanlah sebuah ancaman. Siapapun yang menggunakan warna dengan modifikasi tertentu akan mengangkat dimensi estetika. Tantangan bagi para desainer adalah selain ingin memberikan yang terbaik juga harus mengembangkan keindahan. Malam ini, anak-anak kami yang tampil selain mendapatkan apresiasi juga harus  mendapatkan saran dan kritik. Semoga acara ini dapat membangun peradaban bangsa dan dunia fashion Indonesia,” ucap Prof. Hariyono.

Grand Show tahun 2023 yang merupakan persembahan terakhir dari S1 Pendidikan Tata Busana UM ini memiliki 8 subtema untuk pertunjukan, dimana semuanya mempunyai pengertian dan karakteristik masing-masing. Subtema pertama Dystrich yang mengangkat kain tenun Toraja dengan look yang harmonis dan elok. Selanjutnya, Ascender dari kesenian Bali berupa Tenun Endek, kemudian Allegience yang terinspirasi burung enggang suku Dayak, Graceland yang terinspirasi suku Sasak, Derevenskiy yang terinspirasi pedesaan pulau Jawa, serta Feliticent yang membawa keberuntungan dari tenun Sengkang Sulawesi Selatan. Selain itu, ada Demiurgic dari kain tenun Ulos khas Batak Sumatera Utara dan Convalescane yang mengangkat keindahan pantai Lombok NTB.

Pewarta: Nahdiatul Affandiah – Internship Humas UM

Editor: Luthfi Maulida Rochmah