image_pdf
ketua LP3 Drs. I WayanDasna, M.Si, M.Ed., Ph.D. memberikan sambutan

Malang – Bertempat  di aula utama Ki Hajar Dewantara Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Pusat Pengembangan Kehidupan Beragama (P2KBKU) Lembaga  Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang (UM) 14/02/20,  menyelenggarakan Seminar Nasional Kerohanian Hindu 2020 . Seminar yang dibuka oleh Wakil Rektor III Dr. Mu’arifin, M.Pd. ini mengambil tema, Melalui Pelaksanaan Catur Brata Penyepian “kita tingkatkan Satyagriha untuk mewujudkan Satyam, Siwam, Sundaram, Samanam”.

Seminar ini menghadirkan dua narasumber, Prof. Dr. Negah Bawa Atmadja, M.A dan Dr. I Negah Parta, M.Si, turut hadir pada acara itu ketua LP3 Drs. I WayanDasna, M.Si, M.Ed., Ph.D., dan para pemuka agama hindu di Malang serta di ikuti 250 peserta.

Wakil Rektor III Dr. Mu’arifin, M.Pd. membuka kegiatan seminar

Ketua LP3 Drs. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D., menyampaikan, “di Pusat Pengembangan Kehidupan Beragama LP3 – UM ini bertugas memfasilitasi kegiatan keagaman bagi mahasiswa. Tahun ini pengembangan kehidupan baragama dimasukan ke kurikulum dengan 3 SKS, 2 SKS belajar di kelas dan 1 SKS belajar diluar kelas.  Kami berharap mahasiswa yang berakama: Islam, Kresten, Katolik, Budha dan yang lainnya bisa melaksanakan praktik kehidupan beragama.”

“Fasilitas yang kita berikan dalam kehidupan beragama berupa kajian akademik sesuai dengan ruang lingkup kegiatan Universitas. Dengan demikian setiap tahun kita adakan seminar nasiaonal, atau kajian-kajian kehidupan beragama”, Jalasnya.

Para peserta seminar nampak serius menyimak materi

Prof. Dr. Negah Bawa Atmadja, M.A memaparkan, “tidak bisa dipungkiri bahwa manusia sebagai homo complexus digambar oleh agama Hindu sebagai insan yang memiliki sifat-sifat kebinatangan, keraksasaan, kemanusiaan, dan keilahian. Dalam persepktif rwabhineda atau dualitashal ini dapat disebut asurisampat dan daivisampat. Hal inilah yang menyebab kanada manusia yang “baik” atau sebaliknya – bahkan bisa tampak secara silih berganti pada manusia. Agama Hindu mengidealkan manusia daivisampat. Untuk mencapai sasaran ini agama memberikan etika keutamaan Bhagavad Gita. Etika keutamaan seperti ini merupakan asasbagiapa yang disebut satyam, sivam, dan sundaram.

Kemanfaatan etika keutamaan Bhagavad Gita mengakibatkan diperlukan satyagraha baik untuk mempertahan kanmaupun mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak bisadilelaskan dari dama, baik berwujud damanam maupun shamanam. Keseluruhan kegiatan ini harus dipertahankan dengan cara menyediakan suatu lembaga pengingat dan pelegitimasi secara religious sesuai dengan hakikat manusia sebagai homo religious. Pelembagaan ini antara lain berbentuk ritual, yakni Hari Raya Nyepi. Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan dalam membatin kanetika keutamaan Bhagawad Gita melalui dama dalam bingkai satyam, sivam, dan sundaram yang bersandarkan pada satyagraha, tidak bias,”Jelasnya.

Selain itu, Dr. I Negah Parta, M. Si., juga menjelaskan, “hidup dalam suatu negara yang berdaulat, aman, damai dan tentram merupakan dambaan setiap orang. Dalam negara yang demikian, setiapwarga negara dapat melaksanakan kewajiban dan menerima hak-haknya selaku warga negara maupun wargamasyarakat. Untuk mewujudkan negara yang demikian diperlukan adanya sikap dari setiap warga negara, yaitu rasa cintatanah air dan dalam konsep Hindu disebut dengan satyagrha (bacasatyagréha).”

“Rasa cinta tanah air, akan tetap terpelihara atau dapat ditingkatkan melalui penguatan empat karakter esensial, yaitu Satyam, siwam, sundaram, dan samanam. Melalui empat karak teresensial ini kita dapat menghayati ke-Tuhanan, menghargai harkat dan martabat manusia, menjaga persatuan, menghargai dan menerima perbedaan dalam alam demokrasi, dan mengembangkan kepekaan social serta berlaku adil terhadap sesame,”tambahnya.

Pewarta : Djoko Wibowo, Budiharto – Humas UM