image_pdf

Poor. Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) kembali menorehkan prestasi di ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Chemistry Competition (CeC) pada Jum’at (6/3) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Tiga delegasi jurusan Teknik Elektro dari FT UM yakni Made Radikia Prasanta, Enggie Hendrawan Saputra dan Muhammad Aditya Firnanda berhasil merebut juara Harapan III tingkat Nasional.

LKTIN Chemistry Competition (CeC) merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY. LKTIN yang mengusung tema “Optimalisasi Peran Intelektual Muda Menuju Indonesia Ramah Lingkungan dalam Mewujudkan SDGs 2030”. Aktualisasi tema ini merupakan bentuk upaya menyongsong pembentukan intelektual pemuda Indonesia agar terwujudnya visi dan misi SDGs nanti, sebagai pemuda generasi penerus bangsa sudah sepatutnya mengadakan inovasi dan mengasah kreatifitas untuk memajukan Indonesia. LKTIN ini terdiri dari dua babak penyisihan yakni babak kualifikasi yang mengagendakan pengumpulan Full Paper dan babak final yang terdiri dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, UGM, ITS, UB, UM, IPB, UNDIP, UI, UNPAD, dan UNY.

Dalam menyongsong SDGs 2030, mahasiswa FT UM sangat antusias mengikuti ajang inovasi seperti LKTIN CeC. Karya yang berhasil mereka tunjukkan yaitu S-Box (Smart Box Power Plants) : Inovasi Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Guna Minimalisasi Penggunaan Listrik Hasil Pembakaran Bahan Fosil.

Enggi Hendrawan Saputra menjelaskan bahwa kebutuhan listrik di Indonesia yang terus meningkat, tetapi sumber pembangkit listrik utama di Indonesia masih berasal dari bahan bakar fosil dimana penambangan dan pembakaran bahan bakar fosil tentunya berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk mendapatkan bahan bakar fosil tentunya objek akan melakukan penggundulan hutan, erosi tanah, asap beracun, kekeringan, dll. Faktanya, bahan bakar fosil diperkirakan akan habis hingga 70 tahun mendatang namun sebaliknya energi terbarukan di Indonesia baru berjalan 6,8 %.

Inovasi karya mahasiswa UM berupa S-Box berbahan utama arang dari karbon aktif batok kelapa yang disusun dan dirangkai menggunakan beberapa komponen yang saling berintegrasi sehingga listrik yang dihasilkan dapat diolah dari bahan alam yang bisa diperbarui dan bahan tersebut tentunya sudah familiar di lingkungan masyarakat. “S-Box sangat optimal menjadi alat pembangkit listrik ramah lingkungan karena bahan utamanya mudah didapatkan di masyarakat“, jelasnya.

Reporter: Siti Nuradilla - UM Public Relations Internship