image_pdf

Oleh: I Wayan Dasna

Ketua LP3 Universitas Negeri Malang
Jurusan Kimia FMIPA UM

Pada tanggal 2 – 6 Desember 2021, perhelatan LPTK Cup X digelar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan diikuti oleh 395 peserta 154 official dari 14 Perguruan Tinggi (12 LPTK dan 2 PT yang memiliki FIK). Pembukaan secara meriah dengan tari-tarian full colour mahasiswa UNJ menggambarkan semangat dan kemegahan acara ini. Pembukaan dilaksanakan di Hotel berbintang dan dihadiri oleh Bapak Menteri Olah raga dan Pemuda, para rektor dan wakil rektor, serta para pemain yang akan berlaga. Pada acara pembukaan, Bapak Menpora menyatakan bahwa mulai tahun ini LPTK Cup memperebutkan tropi dari Menpora bagi juara umumnya. Perkembangan yang berkelanjutan dari awal mula sebagai ajang olah raga tenis yang digagas oleh Prof. Sujiran sehingga sebelumnya bernama “Sujiran Cup” kemudian berkembang menjadi LPTK Cup. Agenda olah raga 2 tahun ini selalu dihadiri oleh para dosen dan staf dari masing-masing LPTK di seluruh Indonesia memainkan cabang olah raga utama tenis lapangan dan saat ini sudah berkembang dengan pertandingan Bulu Tangkis, golf, dan Pentaque.

Gambar kanan: Pembukaan LPTK Cup X oleh Bapak menteri Pemuda dan Olah Raga (Bapak Dr. H. Zainudin Amali, S.E., M.Si), Bapak menteri memberikan Piala Bergilir menpora untuk LPTK Cup. Gambar kiri: Rektor UM Bapak Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd bersama Menpora dan rektor-rektor LPTK mensupport LPTK Cup X

Pada LPTK Cup X ini team Universitas Negeri Malang hadir dengan full-team untuk cabang olahraga tenis, bulu tangkis dan pentaque sebagai cabang terbaru. Kehadiran Rektor Universitas Negeri Malang dan para wakil rektor serta beberapa pimpinan fakultas dan lembaga memberikan semangat dan motivasi para pemain yang bertanding. UM mengirimkan 32 orang atlit dan 4 official untuk mengikuti cabang tenis, bulutangkis, dan pentaque. Penulis hadir pada perhelatan ini untuk ketigakalinya, pernah bermain (tenis) pada team eksekutif ketika dilaksanakan di UNM (2015) dan UNY (2017) walau tersisih di awal pertandingan. Penulis tidak mempunyai bakat dan prestasi olahraga namun tetap senang berolah raga sesuai dengan perkembangan usia. Banyak keceriaan yang dirasakan dari kegiatan berolah raga disamping kesehatan dan sportivitas. Oleh sebab itu, pada tulisan ini penulis akan memberikan catatan refleksi pada kegiatan dua tahunan ini sebagai bahan diskusi untuk pengembangan dari kacamata orang yang bukan olahragawan.

Kebersamaan sebagai awal jalinan kerjasama dan maju bersama LPTK Indonesia

Tantangan LPTK dalam mendidik para calon guru di tanah air semakin kuat dan kompleks dengan adanya perkembangan IPTEKS yang disruptive pada era revolusi 4.0. Bagaimanakah guru masa depan Indonesia, apakah akan tetap “dikalahkan” oleh bimbingan belajar dan para tutor kursus online? Apakah aktivitas belajar-mengajar akan tetap didominasi oleh kegiatan “mengajar” dibandingkan “membelajarkan dan mendidik”?. LPTK harus dapat menghasilkan calon-calon guru yang dapat membelajarkan dan mendidik generasi emas Indonesia yang adaptif dan produktif dengan perkembangan IPTEKS pada masa depan. Pada saat ini, LPTK tumbuh dan berkembang sesuai dengan visi dan misinya masing-masing untuk menjadi perguruan tinggi terkemuka di Indonesia dan dunia. Namun, saya belum mengetahui adanya visi bersama untuk mengembangkan pendidikan calon guru yang dibutuhkan oleh masa depan Indonesia. Penyiapan guru saat ini masih secara konvensional apalagi para calon mahasiswa tidak tertarik dengan profesi guru karena tidak menjadi karir yang menarik dan ditabahlagi dengan kebijakan siapa saja bisa menjadi guru jika telah lulus pendidikan profesi guru.

Revitaslisasi LPTK telah digagas dan diimplementasikan beberapa tahun namun belum mengarahkan LPTK pada visi bersama, dan menggelorakan semangat untuk maju bersama seperti inspirasi dari LPTK Cup ini. Pertemuan-pertemuan pimpinan, para ilmuawan, para akademisi LPTK dalam suasana santai tetapi produktif mungkin frekuensinya perlu ditingkatkan. Memang telah ada pertemuan ilmiah seperti Kongres nasional pendidikan Indonesia (Konaspi) namun perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang kompak dari LPTK untuk mencari solusi pendidikan masa depan. Pada saat ini, telah didengungkan akan ada perubahan kurikulum nasional bagi sekolah, seyogyanya LPTK bisa bersama-sama untuk mengambil peran baik dalam kajian, review, pandangan, dan nuansa keilmuan pedagogi sehingga jika kurikulum baru itu diimplementasikan, LPTK dapat menjadi motor penggerak sosialisasinya di sekolah-sekolah yang mana para pengajarnya sebagian besar adalah para alumni LPTK. Banyak hal yang dapat dikerjakan bersama sehingga LPTK (dapat) berperan dan diberikan peran dalam pengembangan pendidikan sekolah di Indonesia, menjadi pemain dan penjaga gawang pendidikan di sekolah sesuai dengan perkembangan saat ini. Strategi bermain team dan kerja cerdas perlu digunakan untuk dapat berperan dan mengambil peran. Kolaborasi yang kuat akan dapat memompa semangat dan motivasi maju bersama seperi ye yel suporter LPTK Cup dari sisi lapangan.

Kegiatan LPTK Cup ini telah menginspirasi saya betapa kuatnya kebersamaan ini dan jika dikelola dengan baik akan menjadi kuat untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kebersamaan Perguruan Tinggi LPTK Indonesia seperti yang ditunjukkan dalam ajang olah raga ini semoga dapat diteruskan dengan kebersamaan dan kerjasama untuk maju bersama menyiapkan calon-calon pendidik masa depan Indonesia yang kompeten. Sangat diperlukan visi bersama agar LPTK menjadi kelompok perguruan tinggi pendidik calon guru yang kokoh mengembangan pendidikan di Indonesia. Diskusi-diskusi model bermain di lapangan, banyak tawa tetapi suportive, bermain tetapi berprestasi akan sangat baik jiga dikembangkan pada kehidupan akademik dalam kerangka menuju visi pendidikan Indonesia ke depan. Pendidikan adalah investasi yang mahal tetapi sangat menentukan kemajuan masa depan bangsa.

Dosen yang sehat dapat membelajarkan ilmu yang bermanfaat

Mengikuti pertandingan para dosen-dosen LPTK yang sebagian besar telah melewati usia produktif   atlet banyak tawa dan semangat. Ada bola yang lewat ketika dipukul atau bola yang ditonton ketika lewat, namun demikian, semuanya semangat, persiapan dengan bagus, berlaga di lapangan bagai para atlet pada umunya. Dalam olah raga itu tawa ceria itu dapat meningkatka imun. Gerak badan yang dilakukan memberikan kesehatan dan kesegaran setelah basah berkeringat. Bagi para dosen, dalam badan yang sehat sudah pasti ada jiwa yang sehat sehingga dapat membelajarkan mahasiswa ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Dosen pada jaman now tidak cukup hanya menguasai ilmu bidang studinya karena sebagian besar ilmu itu sudah ada di dunia maya. Ilmu yang dibelajarkan kepada mahasiswa mungkin sudah ada di internat yang dapat diakses oleh mahasiswa. Oleh sebab itu, dosen harus kreatif dengan ide-ide yang inovatif bagaimana membelajarkan, membimbing mahasiswa memecahkan kasus-kasus riil yang terkait dengan ilmunya, dan membimbing mahasiswa mengembangkan diri secara akademik. Tagihan sebagai dosen juga semakin banyak tidak hanya nilai ujian mahasiswa. Oleh sebab itu, dosen harus selalu sehat agar dapat lebih bermanfaat bagi para mahasiswa.

Menyaksikan ‘atlit-atlit’ dosen LPTK yang sebagian besar rambutnya telah putih tetapi dapat bermain dengan cukup baik berarti mereka melaksanakan kegiatan tersebut secara rutin. Kolega saya yang main tenis misalnya paling tidak seminggu dua kali bermain di lapangan UM. Dengan latihan rutin tersebut, mereka bisa menjaga vitalitasnya dan refleknya dalam bermain. Keadaan seperti ini sebaiknya didorong bagi semua dosen dan tendik yang ada di universitas agar tetap menjaga vitalitas. Pada jaman dulu ada olah raga rutin setiap hari jumat sebaiknya dilanjutkan setelah pandemi covid-19 berlalu. Olah raga secara komunal atau kelompok dapat memotivasi seseorang yang ada kecenderungan malas untuk bergerak. Jika ada kebijakan kantor senam bersama, jalan pagi persama satu jam sebelum jam kantor misalnya sekali seminggu akan dapat mendorong produktivitas kinerja.

Kampus-kampus besar yang pernah saya kunjungi apalagi kampus di luar negeri sebagian besar mempunyai fasilitas oleh raga bagi masyarakat kampus. Ada jogging tract mengelilingi kampus, ada lapangan tenis, bola volly, dan perangkat senam di lapangan. Sebagaimana UM telah mempunyai fasilitas olah raga di kawasan stadion caktrawala tentu dapat dimanfaatkan. Penyediaan fasilitas tersebut dapat didorong dengan kebijakan unit-unit sehingga warga UM aktif berolah raga, sehat dan produktif berkarya, apalagi UM saat ini mencanangkan Health Promoting University (HPU).  Pencangan HPU ini seyogyanya diikuti dengan pembudayaan olah raga di kampus sehingga para civitas akademiki sehat dan produktif. Kegiatan mengejar luaran-luaran akademik perlu diimbangi dengan kondisi yang fresh melalui kegiatan olah raga baik secara individu maupun kelompok. Bila pembudayaan olah raga di kampus kita dapat dialkukan maka secara tidak langsung akan dapat menyiapkan “atlit-atlit” baru untuk LPTK Cup berikutnya yang harus disiapkan secara terencana dan berkelanjutan.

Menggagas ajang pertandingan antar mahasiswa LPTK

Mulai tahun 2021, LPTK Cup memperebutkan piala bergilir menpora bagi juara umum. Dalam Perpres nomor 86 tahun 2021 tentang Desain Besar Olah raga Nasional pada pasal 2 disebutkan bahwa DBON bertujuan untuk: (a) meningkatkan budaya Olahraga di Masyarakat; (b) meningkatkan kapasitas, sinergitas, dan produktivitas Olahraga Prestasi nasional; dan (c)  memajukan perekonomian nasional berbasis Olahraga. UM sebagai institusi pemerintah juga mempunyai tugas untuk membudayakan olah raga dan melahirkan atlit-atlit nasional. Tentu saja para “atlit” yang main di LPTK Cup sudah lewat waktu untuk berprestasi secara nasional dan dunia karena usinya sudah pada lanjut. Mereka berolah raga untuk rekreasi. Oleh sebab itu, UM (khususnya FIK) seyogyanya membuat perencanaan dan program terukur untuk menghasilkan atlit-atlit nasional yang berprestasi.

Kegiatan LPTK Cup, mungkin ke depan, tidak hanya sebagai ajang kompetisi olah raga para dosen dan staf tetapi juga terdapat kompetisi olah raga antar mahasiswa LPTK. Even sejenis antar perguruan tinggi mungkin sudah ada namun semakin banyak even akan memberi peluang lebih banyak bertanding dan lebih terprogram persiapannya. Bila fakultas-fakultas ilmu keolahragaan di Indonesia menggagas even tersebut sangat baik karena pada fakultas ilmu keolahragaan para atlet itu menimba ilmu dan mengasah prestasi sehingga sebagai pendidik olah raga juga menyediakan even yang mempertandingkan beberapa cabang olah raga.

Bila kejuaraan antar LPTK tersedia maka LPTK dapat membuat perencanaan pengembangan olah raga prestasi di kampus masing-masing sehingga makin banyak atlet-atlet yang lahir dari kampus. Atlet-altlet tersebut karena belajar di LPTK akan ada yang menajdi guru di kemudian hari. Guru yang mempunyai pengalaman sebagai atlet sehingga mempunyai naluri mendidik siswa-siswa di sekolah menjadi atlet yang berprestasi. Selain itu, FIK juga punya praktisi atlet untuk membelajarkan mahasiswa di kampus sehingga lingkaran pendidikan dan praktisi atlet terus mengalir dan menghasilkan atlet-atlet nasional yang berprestasi. Dengan demikian FIK dapat mengimplementasikan penyiapan atlet secara terencana sesuai dengan amanah DBON.

Menyaksikan teman-teman yang berlaga dalam LPTK Cup X di UNJ ini memberi semangat dan inspirasi kepada diri saya. Olah raga tidak boleh tergerus oleh usia sekecil apapun yang kita bisa. Setiap tetesan keringat membawa kesegaran dan kebugaran sehingga kita dapat berpikir lebih jernih untuk mengerjakan yang lainnya. Semangat itulah yang mendorong saya menulis catatan refleksi ini karena semangat di lapangan masih terbawa. Biasanya selama perjalanan di pesawat Jakarta-Surabaya saya lebih suka tidur tapi tulisan ini selesai sebelum pesawat turun di Juanda. Pada badan yang segar dan jiwa yang sehat terdapat kreativitas untuk berkarya. Selamat kepada para pemain yang berlaga di LPTK Cup X 2021, menang kalah tidak masalah yang penting happy dan berprestasi!

Antara Jakarta-Surabaya

5 Desember 2021