image_pdf

Saat ini, dunia berkembang dengan sangat dengan cepat. Hal ini menyebabkan dunia pendidikan berkembang sangat cepat pula. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memahami dan menghafal tetapi juga mampu menganalisis secara kritis dan berlatih dengan baik di dunia nyata. Selain faktor kondisi belajar-mengajar, faktor metode asesmen sangat penting untuk menciptakan kualitas lulusan yang siap menghadapi kehidupan nyata. Asesmen autentik dianggap sebagai metode asesmen yang paling efektif untuk mencapai hal ini.

Pemilihan asesmen autentik atas asesmen tradisional didasarkan pada kelebihannya. Selain itu, ada beberapa perbedaan antara asesmen autentik dan tradisional. Asesmen tradisional berorientasi pada produk, sedangkan asesmen autentik berorientasi pada proses. Artinya, asesmen tradisional digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan dari mata pelajaran dengan membandingkannya dengan standar atau kemampuan mahasiswa lainnya. Asesmen autentik bertujuan untuk mengevaluasi kemahiran subjek dengan meminta mereka untuk melakukan tugas-tugas kehidupan nyata. Berdasarkan tujuan tersebut, asesmen autentik memiliki keunggulan yaitu memberikan gambaran yang benar tentang kondisi belajar mahasiswa, memberikan lebih banyak informasi tentang kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan preferensi mahasiswa yang dapat membantu dalam menyesuaikan instruksi menuju peningkatan kualitas pembelajaran.

Selain itu, asesmen autentik dianggap sebagai pendekatan yang lebih baik dan nyata dalam asesmen. Pendekatan ini mengaitkan pembelajaran dalam situasi dan konteks yang nyata dan cukup kompleks. Asesmen didasarkan pada praktik mahasiswa di dunia nyata yang tidak dapat dilakukan dengan pengujian tradisional. Pengujian tradisional tidak dapat mengeksplorasi perubahan nyata dalam pengetahuan mahasiswa. Di sisi lain, pendekatan asesmen yang menekankan pada proses pembelajaran dan mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas kognitif dan reflektif mengikuti konsep konstruktivis. Sebaliknya, asesmen autentik mencerminkan teknik asesmen alternatif. Asesmen ini didasarkan pada tugas pembelajaran autentik dan bukan tes terpisah dan lebih berfokus pada proses, seperti halnya produk. Asesmen autentik membutuhkan penerapan keterampilan yang dibutuhkan di kelas dan pemanfaatannya untuk mendukung pembelajaran lebih lanjut. Dalam asesmen ini, mahasiswa menunjukkan keterampilan mereka terhadap suatu sikap dalam konteks kehidupan nyata dan dinilai berdasarkan kinerja mendasar.

Asesmen autentik menunjukkan penerapan keterampilan dan asesmen mahasiswa yang spesifik dan lebih berfokus pada pemecahan masalah, pemahaman, pemikiran kritis, penalaran, dan metakognisi. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan dapat menangani materi dan pemecahan masalah yang bermakna melalui asesmen autentik. Dengan kata lain, asesmen autentik menuntut mahasiswa untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya, ajaran terkini, dan keterampilan untuk memecahkan masalah nyata dan kompleks. Misalnya, mahasiswa dapat membuat proyek tentang topik yang mereka pilih, menyiapkan laporan penelitian, dan mempresentasikan produk akhir mereka kepada evaluator. Di sisi lain, penelitian tentang asesmen pembelajaran memberikan bukti bahwa konsep kolaboratif dalam proses asesmen sejawat, asesmen diri, dan asesmen yang dilakukan oleh Dosen memberikan data yang valid dan autentik tentang kinerja mahasiswa.

Penerapan asesmen autentik sering dirumuskan ke dalam istilah-istilah universal meskipun terdapat perbedaan antara ilmu sosial dan ilmu eksak. Ilmu sosial dan ilmu eksak cenderung mendekati pertanyaan tentang kebenaran dan realitas objektif dengan cara yang berbeda. Ilmu sosial menekankan bahwa semua representasi manusia dari realitas adalah konstruksi kontingen, beberapa bahkan akan membantahnya dan merasa tidak ada artinya berbicara tentang realitas objektif. Sementara itu, ilmu eksak sering memvisualisasikan dan menyimpulkan representasi yang akurat dan realistis. Perbedaan antara konstruktivisme dan realisme cenderung mengarah pada posisi yang berbeda. Ketertarikan utama pada kedua disiplin ilmu ini sangat berbeda. Ilmu eksak atau ilmu alam memprediksi dan memanifestasikan semua fenomena alam, sedangkan ilmu sosial memprediksi dan menjelaskan perilaku dan psikologi manusia. Jika konstruksi ilmiahnya berbeda, asesmen autentiknya juga harus berbeda. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang penerapan asesmen autentik pada kedua bidang tersebut, sehingga di masa depan asesmen autentik tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang universal tetapi memiliki implementasi yang berbeda antara ilmu eksak dan ilmu sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menggali fakta-fakta pelaksanaan asesmen autentik dalam dua bidang ilmu: ilmu eksak dan ilmu sosial, untuk menggambarkan secara jelas asesmen autentik.

Kebaruan dari penelitian ini adalah terdapat perbandingan antara pelaksanaan asesmen autentik pada dua bidang utama, yaitu ilmu eksak dan ilmu sosial pada  Perguruan Tinggi yang menggunakan Life-Based Learning (LBL) yang bertujuan untuk mengembangkan kapabilitas mahasiswa secara holistik. Penelitian sebelumnya lebih banyak membahas tentang pendekatan dan perbedaan dalam konteks keilmuan, belum membahas implementasi asesmen autentik yang dilakukan pada kedua bidang tersebut.

Dalam melihat perbedaan asesmen autentik yang dilakukan pada ilmu eksak dan ilmu sosial diperlukan beberapa indikator yaitu: bentuk asesmen, teknik asesmen, komponen asesmen, dan pasca asesmen sehingga diperoleh gambaran yang utuh dasar asesmennya, serta letak perbedaan antara asesmen autentik di bidang ilmu eksak dan ilmu sosial.

Dijelaskan bahwa asesmen autentik sebagai jenis penilaian yang ketika diintegrasikan ke dalam kerangka pembelajaran, menjadi instruksi yang menarik sebagai salah satu jenis penilaian, sangat penting untuk diketahui bentuk asesmen dan teknik penugasan.

Bentuk asesmen yang paling sering dilakukan oleh dosen bidang ilmu eksak adalah 92,04% yang menyatakan bahwa asesmen yang paling sering dilakukan adalah kombinasi asesmen tes dan non tes. Sementara itu  7,96% hanya melaksanakan tes. Untuk bidang ilmu sosial, 84,57% menyatakan bahwa asesmen yang paling sering dilakukan adalah asesmen kombinasi tes dan non tes. Berdasarkan data yang diolah, 8,64% hanya melakukan tes dan 6,79% hanya melakukan asesmen non-tes dapat disimpulkan bahwa bentuk asesmen yang dilakukan oleh sebagian besar Dosen saat ini adalah campuran tes dan non tes. Namun perbedaan yang terlihat antara bentuk asesmen dalam ilmu sosial dan bidang alam terletak pada penggunaan bentuk non-tes yang hanya terdapat pada ilmu sosial.

Tugas yang diberikan oleh dosen terdiri dari tugas individu dan tugas kelompok. Penugasan individu yang paling sering dilakukan yaitu membuat ringkasan 48%, membuat makalah 55,4%, membuat artikel 51,7%, mengerjakan tes 53%, membuat buku 8,4%, dan yang lainnya berupa ulasan, desain produk, membuat contoh terapan, proyek esai, membuat presentasi, membuat modul dan media pembelajaran, menjawab pertanyaan, analisis/studi kasus, membuat vlog atau program video, berlatih peta, menyiapkan presentasi, menganalisis artikel, membuat proposal penelitian, membuat video, menyusun peta pikiran

Asesmen yang baik harus dapat mengukur kemampuan mahasiswa secara keseluruhan. Asesmen yang autentik diharapkan dapat memberikan informasi bahwa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat mengukur dan menilai kemampuan mahasiswa secara holistik.

Proses post-assessment yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 45,90% responden dosen ilmu eksak memberikan tanggapan terhadap hasil asesmen yang telah dilakukan. Responden lain menjawab jarang sebanyak 49,18%, kadang-kadang 4,92%, dan tidak pernah 0%. Dosen ilmu sosial memberikan tanggapan terhadap hasil asesmen yang telah dilakukan sebanyak 43,24%.

Tindak lanjut yang dilakukan adalah diskusi oleh dosen (satu arah) sebesar 46,6%, diskusi bersama (FGD) sebesar 72,6%, tugas pengayaan 33,4%, komentar pribadi, diskusi di kelas, review, asesmen diri, perbaikan hasil menggunakan tugas baru dengan tingkat yang lebih tinggi, diskusi, serta tanya jawab.

Pada post-assessment, sebagian besar dosen jarang memberikan umpan balik kepada mahasiswa. Jika ada, bentuk tindak lanjut yang dilakukan adalah diskusi kolektif, diskusi satu arah oleh dosen, dan pemberian pengayaan. Pengembangan materi pendidikan dapat dimulai melalui pendapat mahasiswa selama proses umpan balik. Tiga aspek pembelajaran (pembelajaran berbasis masalah, asesmen autentik, dan pembelajaran bermakna) merupakan kombinasi yang baik dalam pembelajaran dalam jaringan (daring, on line). Kombinasi tersebut dapat memberikan pendidikan yang efektif kepada mahasiswa dalam pembelajaran digital.

Berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa hampir semua aspek asesmen autentik antara ilmu eksak dan ilmu sosial tidak memiliki perbedaan. Sehubungan dengan pendapat yang menyatakan bahwa objek sosial tidak sama dengan objek alam; perlu diperhatikan bahwa realitas berinteraksi dengan konstruksi dalam domain tertentu dan ilmu-ilmu tertentu. Perbedaannya hanya pada bentuk asesmen dan teknik penugasan individu, seperti terlihat pada ilmu sosial melakukan lebih banyak asesmen non-tes daripada ilmu eksak. Hal ini dapat dimaklumi karena objek sosial tidak pasti dan tidak terukur sehingga asesmen tes yang berisi parameter tertentu tidak dapat digunakan di beberapa bidang ilmu sosial. Dalam hal ini, humaniora dan ilmu sosial, tampaknya lebih rumit daripada kimia dan fisika. Sebenarnya, baik dalam ilmu eksak dan ilmu sosial, terdapat tujuh langkah untuk penggunaan asesmen portofolio yang optimal: (1) perencanaan, (2) persiapan studi, (3) pengumpulan bukti, (4) pemantauan kemajuan, (5) peningkatan kinerja, (6) refleksi, dan (7) menampilkan karya.

Tes terukur lebih banyak digunakan dalam bidang ilmu eksak dengan menggunakan soal-soal keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penggunaan soal HOTS pada beberapa penelitian sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap pembelajaran, kompetensi, dan keterampilan proses sains mahasiswa [28,34]. Tugas individu dalam bentuk menulis artikel lebih banyak digunakan dalam ilmu sosial menyangkut capaian pembelajaran pada berbagai portofolio. Kedua metode asesmen tersebut dapat digunakan, meskipun tidak semua masalah dalam ilmu eksak dan ilmu sosial dapat digeneralisasikan. Dalam praktiknya, akan lebih baik jika digunakan pendekatan interdisipliner, dan bentuk asesmen campuran dapat digunakan dalam model ini.

Tabel 1. Jenis Asesmen Ilmu eksak dan Ilmu Sosial.

FaktorEksakSosial
Bentuk AsesmenAsesmen tertulis (esai)Asesmen kinerjaTugas proyekAnalisis penelitian yang telah dipublikasikanObservasi (melakukan pengamatan)Menggambar Asesmen penilaian gandaAsesmen tertulis (esai)Studi KasusDiskusi KelasMelakukan analisis kritik pada tayangan filmKerja lapanganAnalisis penelitian yang telah dipublikasikanDebat secara lisan/verbal
Pasca AsesmenPembahasan hasil asesmenPengayaan materi Diskusi terpimpin (FGD)Diskusi dan tanya jawabMerevisi produkMemberikan balikan tertulis (catatan)Review analisis kritisPenilaian sejawatPenilaian diriDiskusi terpimpin (FGD)Memberikan balikan tertulis (catatan)  

Sifat kontekstual berpikir kritis sebagai sebuah konsep, interaksinya yang kompleks dengan pendekatan pengetahuan disipliner, dan epistemologi yang beragam dan kompleks, bagi asesor berpikir kritis untuk pedagogi, kurikulum, dan asesmen. Semua bidang keilmuan pada akhirnya dapat menggunakan penerapan asesmen autentik, namun harus disesuaikan dengan profesi dan sesuai dengan hasil belajar dalam penerapannya.

Gambar 1 menunjukkan model asesmen autentik yang diusulkan untuk ilmu eksak. Singkatan AF mengacu pada formulir autentik, dan PA mengacu pada post-assessment. Berdasarkan model, asesmen dilakukan secara berurutan. Namun, instruktur memiliki opsi jika bagian berikutnya tidak diperlukan, maka dapat langsung melompat ke bagian berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melakukan asesmen secara cepat dan efisien.

Gambar 2 menggambarkan model asesmen autentik yang diusulkan untuk ilmu sosial. Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa asesmen dalam ilmu sosial cenderung lebih fleksibel. Dengan kata lain, instruktur memiliki kendali bebas untuk melakukan asesmen pertama yang berhubungan dan sesuai dengan kondisi pembelajaran. Terlebih lagi, 20 Dosen dari masing-masing bidang telah memvalidasi kedua model tersebut sehingga dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi akademisi karena dapat memberikan gambaran tentang bagaimana Dosen bidang ilmu sosial menerjemahkan tujuan pembelajaran yang mungkin dicapai dalam mengajar mahasiswa menggunakan pendekatan PBK, tugas autentik apa yang mereka pilih untuk diajarkan, bagaimana cara mengajar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar selanjutnya, serta tindak lanjut apa yang diberikan terkait setiap asesmen autentik yang digunakan. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi dunia professional karena dapat memberikan landasan dan inspirasi untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam di bidangnya masing-masing, sesuai minat dan kebutuhan yang ada.

Gambar 1. Model Asesmen Autentik yang Diusulkan untuk Ilmu Eksak.

Kontribusi hasil penelitian terhadap dunia akademik terkait asesmen autentik antara lain: (1) proses mencari dan menemukan informasi dalam proses pembelajaran, (2) dasar untuk membuat asesmen, keputusan, kesimpulan dari suatu evaluasi, (3) memberikan makna langsung dalam proses profesionalitas nyata, misal dalam pembelajaran biologi yang menggunakan pendekatan proses, sedangkan kontribusi hasil penelitian terhadap dunia profesional terkait asesmen autentik meliputi: (1) asesmen autentik yang dikenal sebagai asesmen kinerja merupakan bentuk asesmen yang menekankan pada kinerja profesional yang berkaitan dengan keadaan yang sebenarnya, (2) dapat mengetahui sikap profesional seperti yang diharapkan, (3) memungkinkan untuk mengukur keterampilan profesional dalam secara kompleks, dan (4) memungkinkan yang dinilai para profesional untuk menunjukkan kemampuannya dalam konteks nyata.

Perbandingan antara asesmen autentik yang digunakan dalam bidang ilmu eksak dan ilmu sosial bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai berbagai macam asesmen autentik yang dapat digunakan oleh masing-masing bidang ilmu. Namun penggunaan asesmen autentik ini tetap harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan jenis tugas yang dipilih dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Gambar 2. Model Asesmen Autentik yang Diusulkan untuk Ilmu Sosial.

Manfaat penelitian asesmen autentik bagi peneliti lain adalah (1) dapat digunakan sebagai upaya mengembangkan asesmen yang bertujuan untuk menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu, menentukan kebutuhan belajar, (2) membantu dan mendorong mahasiswa dan dosen  menjadi lebih baik dalam menentukan strategi pembelajaran, (3) akuntabilitas kelembagaan, dan (4) peningkatan kualitas pembelajaran, sedangkan penelitian lebih lanjut diperlukan dalam (1) menemukan kendala dalam melakukan asesmen yang komprehensif, holistik, dan konsisten, dan (2) mencari solusi dalam mengatasi kesulitan dalam melakukan improvisasi/pengembangan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Secara keseluruhan simpulan yang didapatkan adalah hampir semua aspek asesmen autentik antara bidang ilmu eksak dan bidang ilmu sosial tidak memiliki perbedaan. Hanya terdapat perbedaan dalam hal bentuk asesmen dan teknik penugasan individu yang dilakukan. Bidang Ilmu Sosial lebih banyak melakukan asesmen Non Tes daripada bidang ilmu eksak. Tes-tes terukur lebih banyak digunakan pada bidang ilmu eksak menggunakan soal-soal High Order Thinking Skill. Penugasan individu berupa pembuatan artikel lebih banyak digunakan pada bidang ilmu sosial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi bentuk model asesmen baru harus dilakukan, terutama pada sampel pendidikan tinggi yang belum mampu memberikan respon sebagai bentuk akuntabilitas implementasi asesmen autentik yang lebih spesifik, holistik, dan komprehensif dalam rumpun ilmu sesuai kelompok bidang keahlian (KBK).