image_pdf

Prof. Dra. Nunung Suryati, M.Ed., Ph.D
Guru Besar Bidang Curriculum, Teacher Education and Professional Development in ELT

Sejalan dengan tuntutan globalisasi, menurut Kurikulum 2013, pendidikan Bahasa Inggis
di tingkat menengah bertujuan agar siswa mampu mencapai kompetensi dasar memahami dan
menyusun teks lisan dan tulis dalam bentuk percakapan sehari-hari greetings, introducing, congratulating.
Juga bisa memahami dan menyusun teks bentuk short text contohnya messages, label, advertisement,
letters of invitation, application dan juga bentuk long texts seperti narrative, descriptive, recount, argumentative
dan report texts.


Akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa English Proficiency siswa
Indonesia masih rendah. Profisiensi atau Kemahiran berbahasa mengacu pada kemampuan
seseorang menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan komunikatif. Pengguna yang mahir
dikatakan mempunyai penguasaan bahasa yang baik, yaitu dapat memahami bahasa tanpa kesulitan,
mengungkapkan berbagai gagasan dengan jelas dalam ucapan dan tulisan, serta nyaman
berinteraksi dengan penutur lain. Data EPI tahun 2017 menunjukkan Indonesia menduduki
peringkat ke-39 dari 80 negara di dunia, dan peringkat ke-10 dari 20 negara di Asia. Dengan skor
rata-rata 52,15, Indonesia termasuk dalam kategori ‘kelompok kecakapan rendah. Test Pisa yang
dilaksakan setiap 3 tahun juga menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan dalam hal
kemampuan membaca. Dari hasil perolehan nilai rata-rata di atas, mulai tahun 2000 hingga tahun
2015 menunjukkan bahwa kompetensi membaca siswa Indonesia pada usia 15 tahun masih rendah.
Selama periode tahun 2000 hingga 2018 diperoleh rata-rata pencapaian kompetensi membaca siswa
Indonesia (371, 282, 393, 402, 396, 397,371). Tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat 74 atau
ke enam dari bawah dalam hal Membaca/Literasi.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru junior kesulitan mengimplemetasikan
Kurikulum 2013. Berbagai tantangan yang dihadapi oleh guru junior:

  1. Ketika Planning
    a) Mereka merasa tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan membuat RPP
    b) Tidak paham langkah-langkah metoda saintifik yang diterapkan di kelas.
    c) Merancang kegiatan kelas yang tidak membosankan
    d) Merancang kegiatan untuk siswa yang rendah kemampuan dan motivasi sedangkan waktu
    di kelas terbatas
  2. Ketika Implementasi
    a) Kesulitan mengelola kelas besar
    b) Tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar karena siswa kurang memahami.
    c) Kosa kata siswa kurang, pembelajaran 90%dalam bahasa Indonesia
    d) Assessmen terlalu rumit untuk diterapkan di kelas besar.
    Sementara, guru senior sudah nyaman dengan kebiasaan mengajar lamanya. Guru senior
    mendominasi interaksi kelas. Mereka menyukai berbicara lebih panjang dan lama dari siswa,
    mengajukan pertanyaan faktual, mengulang-ualang jawaban siswa, dan juga mengulang-ulang
    pernyataan mereka sendiri, dan memberikan umpan balik yang berfokus pada grammar saja
    meskipun hal tersebut tidak terlalu sering terjadi dan menggunakan format Initiation, Response,
    Feedback artinya, guru tidak memberikan kesempatan siswa mengelaborasi lebih lanjut setelah
    mendapat feedback. Akibatnya siswa mempunyai kesempatan terbatas untuk berpartisipasi dalam
    interaksi guru-siswa dan berlatih berbicara bahasa Inggris di kelas.
    Saat ini guru dihadapkan pada tantangan untuk menerapkan kurikulum baru yaitu
    Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka Bahasa Inggris mempunyai karakteristik berikut:
  3. Tujuan: menghasilkan siswa yang mempunyai kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris
    dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, dan audiovisual), memiliki kompetensi
    interkultural agar dapat menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan
    budaya asing, memiliki percaya diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan
    bertanggung jawab, serta bernalar kritis dan kreatif.
  4. Bahan Ajar: berbentuk Modul Ajar dan Alur Tujuan Pembelajaran yang berfokus pada
    berbagai jenis multimodal texts.
  5. Pendekatan pembelajaran: berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan karakter
    sesuai Profil Pelajar Pancasila, berbasis genre based approach untuk pengembangan keterampilan
    Bahasa Inggris dan berbasis pendekatan pembelajaran differentiated learning untuk
    mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik siswa.
  6. Assessment: Menggunakan penilaian diagnostik, formatif, sumatif.
    Oleh karena itu diperlukan strategi pengembangan profesi yang efektif untuk menerapkan
    Kurikulum Merdeka tersebut. Karena pelatihan yang sifatnya masal dan hanya 1 atau dua kali
    pelatihan tentang suatu kurikulum baru tidak akan mencukupi. Selain itu, guru Bahasa Inggris yang
    Pelatihan yang dibuthkan harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  7. Systematic, on-going and long terms
  8. Memperhatikan teacher attitude, yang merupakan kunci keberhasilan proses pelatihan untuk
    implementasi perubahan kurikulum lama ke kurikulum baru.
  9. Memperhatikan teachers’ existing knowledge and experience
  10. Menjadikan guru sebagai change agent.
    Pengembangan Profesi yang memenuhi syarat-syarat tersebut adalah Mentoring dan Lesson
    Study. Dalam pendidikan, Mentoring adalah proses yang kompleks dan multidimensi dalam
    membimbing, mengajar, mempengaruhi dan mendukung guru junior. Guru mentor memimpin,
    membimbing dan menasihati guru junior dalam profesi baru atau penerapan kurikulum baru
    ditandai dengan rasa saling percaya. Mentoring yang efekti dan sistematik memliki 4 tahapan yaitu:
    Fase 1 Pendefinisian Tujuan dan Ekspektasi
    Mentor dan mentee bersama mendefinisikan tujuan mencakup peningkatan keterampilan,
    pengetahuan, atau pencapaian tujuan karir.
    Fase 2: Engagement
    Menjadwalkan pertemuan rutin, menetapkan frekuensi, durasi, dan format pertemuan dan
    merencanakan strategi dan rencana pengembangan mentee..
    Fase 3: Pertumbuhan
    Mentor memberikan dukungan, panduan, dan saran kepada mentee dalam implementasi rencana
    pengembangan, mengevaluasi kemajuan terhadap tujuan dan memperbarui rencana
    pengembangan sesuai kebutuhan. Pemantauan ini membantu memastikan bahwa mentoring tetap
    relevan dan efektif.
    Fase 4: Penutupan dan Evaluasi Akhir:
    Ketika tujuan telah tercapai atau waktu mentoring berakhir, mentor dan mentee mengevaluasi
    proses dan pencapaian.
    Sementara itu Lesson Study adalah program pengembangan profesional yang melibatkan
    guru yang bekerja dalam kelompok kecil untuk merencanakan pembelajaran yang membahas
    tujuan pembelajaran bersama bagi siswa. Mereka kemudian menyampaikan pembelajaran tersebut
    sementara rekan-rekan mereka mengamati, dan menyempurnakan rencana pembelajaran
    berdasarkan umpan balik dan tinjauan. Fokus pengamatan sejawat adalah pada pembelajaran siswa
    tertentu, bukan pada guru. Langkah-langkah Lesson Study:
    Fase 1: Plan
    Merencanakan pembelajaran bersama
    Buatlah aktivitas pembelajaran sesuai dengan research questions yang menjadi focus
    Rancang penilaian keberhasilan aktivitas tersebut.
    Pilih 3 siswa sebagai case
    Fase 2: Observe
    Mengajarkan rencana dan kolega mengobservasi
    Observasi hanya 3 siswa case yang dipilih tadi
    Laksanakan assessment dan interview setelah pembelajaran
    Fase 3: Reflect and Plan
    Setelah usai pelajaran, lakukan refleksi bagaimana aktivitas pembelajaran berlangsung.
    Rencanakan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dan ajarkan di kelas lain.